CBRN (Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear) merupakan zat
berbahaya yang dapat disebabkan oleh kecelakaan industri, aksi teror, maupun
bencana alam yang mengakibatkan kerusakan secara masal dan signifikan pada
suatu wilayah. Saat ini, kebanyakan industri atau wilayah strategis tertentu
menggunakan sensor CBRN yang ditempatkan secara statis untuk mendapatkan
peta distribusi zat yang berbahaya. Pada kenyataannya, sensor yang dipasang secara
statis dapat mengalami kerusakan akibat adanya ledakan, tidak dapat menjangkau
seluruh wilayah dan memiliki harga yang mahal karena harus memasang jumlah
sensor yang banyak. Oleh karena itu, suatu wahana tanpa awak atau robot olfaksi
dibutuhkan. Robot olfaksi adalah robot yang dilengkapi dengan sensor yang dapat
mengindera suatu zat CBRN. Pada penelitian ini, masalah dibatasi yaitu untuk
memetakan zat atau gas kimia saja. Untuk memetakan gas kimia pada lingkungan
outdoor yang luas tentunya dibutuhkan robot yang memiliki kemampuan
maneuver, skalabilitas dan fleksibilitas yang baik seperti Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) bertipe rotary wing. UAV yang dipasang sensor gas kimia dapat diperintah
untuk melakukan pergerakan berdasarkan pembacaan nilai gas kimia pada wilayah
yang terkontaminasi. UAV jamak digunakan agar lebih mempercepat misi
pemetaan pada lingkungan yang luas. Pada disertasi ini dilakukan penelitian
tentang bagaimana mengendalikan satu atau beberapa UAV untuk melakukan
pencarian sumber gas dan pemetaan distribusi gas.
Diasumsikan bahwa ada suatu peringatan karena terjadinya kebocoran gas pada
suatu daerah baik dari alarm yang terpasang maupun laporan dari masyarakat
sekitar. Setelah menerima peringatan tersebut, UAV akan diterbangkan untuk
melakukan penjelajahan pada daerah tersebut. Tujuan dari penjelajahan tersebut
adalah untuk mencari lokasi sumber gas dan mengestimasi peta distribusi gas.
Prediksi lokasi sumber gas berguna untuk proses netralisasi, menghentikan
bocornya gas yang terpapar sedangkan estimasi peta distribusi gas akan berguna
untuk membantu proses evakuasi dan mitigasi.
Karena waktu terbang terbatas, UAV jamak tidak dapat menjelajahi seluruh daerah
pada lingkungan yang akan dipetakan. Oleh karena itu, tiap-tiap UAV harus secara
efektif melakukan eksploitasi dan eksplorasi pada area yang telah didefiniskan
sebagai area yang terpapar gas kimia. Pada kasus ini, eksploitasi berarti UAV
ii
menuju ke lokasi sumber gas dan eksplorasi berarti UAV menuju ke daerah lain
yang bukan sumber gas. Eksplorasi yang baik yaitu eksplorasi yang mana UAV
mencakup daerah yang lebih menarik, yaitu daerah dengan konsentrasi yang tinggi
yang belum terjelajahi, walaupun bukan daerah di sekitar sumber gas.
Agar UAV dapat mengestimasi lokasi sumber gas atau daerah yang terkontaminasi
dengan konsentrasi gas yang tinggi, diputuskan untuk memanfaatkan metode
inferensi Bayesian. Pada metode inferensi Bayesian, diperlukan cara bagaimana
mengestimasi probabilitas likelihood dimana sumber gas berada atau dimana
sekiranya konsentrasi gas yang tinggi berada. Estimasi ini cukup sulit karena
pergerakan partikel gas sangat kompleks, dipengaruhi oleh gravitasi, pergerakan
angin, dan difusi. Pergerakan gas tersebut semakin kompleks pada lingkungan
outdoor dengan banyak bangunan dan objek lainnya. Pada penelitian ini,
diasumsikan bahwa model bangunan-bangunan inti telah diketahui sehingga
beberapa profil pergerakan angin dapat disimulasikan terlebih dahulu. Beberapa
profil pergerakan angin tersebut digunakan untuk mensimulasikan pergerakan
partikel gas. Setiap simulasi pergerakan gas dengan sumber gas yang diletakan di
daerah yang berbeda-beda dapat direpresentasikan sebagai fungsi distribusi
probabilitas atau probability density function atau PDF yang dapat digunakan untuk
mengestimasi likelihood pada metode inferensi Bayesian. Metode anemotaksis juga
dipakai, diintegrasikan dengan metode inferensi Bayesian untuk performa yang
lebih efisien.
Pada skema koordinasi antar UAV, dimanfaatkan metode Voronoi yang
mendekomposisi daerah untuk tiap-tiap UAV. Dekomposisi ini bersifat dinamis
sehingga UAV selalu memiliki daerah penjelajahannya masing-masing. Proses
penentuan lokasi penjelajahan juga dimodifikasi, terinspirasi dari metode Particle
Swarm Optimization (PSO) sehingga penjelajahan maupun pencarian beberapa
sumber gas dapat dilakukan dengan lebih efisien.
Pengujian dilakukan secara bertahap dari digunakanannya mobile robot di
lingkungan indoor, satu UAV di lingkungan outdoor baik simulasi dan eksperimen
sebenarnya serta UAV jamak di lingkungan outdoor yang disimulasikan. Efisiensi
dan efektivitas metode yang diusulkan diukur dengan beberapa metriks: (1) waktu
ditemukannya sumber gas, (2) luas daerah terkontaminasi yang tercakup, dan (3)
Negative Log Predictive Density (NLPD) yang merepresentasikan akurasi peta.
Dari analisis evaluasi dengan beberapa metriks tersebut, dapat disimpulkan bahwa
metode-metode yang diusulkan menunjukan efisiensi dan efektivitasnya dalam
melakukan pencarian sumber dan pemetaan kontaminasi gas kimia.