Banjir merupakan salah satu bencana alam yang terjadi hampir di seluruh belahan
dunia. Banjir terjadi akibat meningkatnya debit sungai dan melebihi kapasitas
sungai. Aliran sungai tersusun atas dua jenis aliran yaitu aliran dasar (baseflow) dan
limpasan permukaan (overland flow). Pada saat banjir, baseflow merupakan salah
satu komponen yang berpengaruh terhadap besar dan kecilnya nilai debit banjir.
Sebagai daerah yang memiliki tingkat produktivitas akuifer yang cukup tinggi,
tentunya baseflow berperan secara signifikan terhadap debit banjir di Cekungan
Bandung. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi baseflow
setiap Sub DAS Citarum pada saat terjadi banjir.
Penelitian ini menggunakan metode Recursive Digital Filter untuk memisahkan
debit aliran sungai menjadi baseflow dan overlandflow. Data debit yang digunakan
adalah data dari 2018 - 2022. Hasil perhitungan yang didapatkan selanjutnya
digunakan untuk menghitung kontribusi baseflow pada setiap kejadian banjir di
daerah cekungan Bandung.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa kontribusi baseflow setiap Sub DAS
bervariasi setiap tahunnya. Sub DAS dengan kontribusi aliran baseflow yang
paling besar dan paling kecil berturut turut adalah Sub DAS Citarik Cikeruh
dan Cisangkuy. Kemudian, berdasarkan hasil tinjauan geologi, Sub DAS Citarik
Cikeruh lebih banyak didominasi oleh formasi dengan tingkat produktivitas yang
tinggi dibandingkan dengan Sub DAS lainnya, hal ini membuat kontribusi
baseflow Sub DAS Citarik Cikeruh menjadi yang terbesar, dan diikuti dengan
Sub DAS Cikapundung serta Sub DAS Cisangkuy. Kemudian dari kejadian
banjir yang dianalisis, ditemukan bahwa semakin besar persentase kontribusi
baseflow maka durasi banjir dan debit puncak pada saat kejadian banjir
akan semakin besar.