Pada pembangkit listrik tenaga surya, jumlah energi matahari yang di konversi
adalah energi panas. Energi panas yang terbuang dapat menyebabkan temperatur
pada modul PV meningkat. Salah satu permasalah dalam penggunaan energi
matahari sebagai sumber pembangkit listrik adalah menurunnya keluaran daya
yang dihasilkan akibat kenaikkan temperatur modul PV. Meningkatnya
temperature pada modul PV dapat meningkatkan resistansi pada rangkaian sistem
sehingga mengurangi efisiensi konversi energi. Untuk mengatasi permasalahan
ini, temperatur modul PV harus dijaga pada tingkat operasional yang aman.
Teknologi pendingin modul PV merupakan solusi untuk menurunkan temperatur
pada modul PV. Teknologi pendingin modul PV terdiri dari teknologi pendingin
pasif dan teknologi pendingin aktif. Teknologi pendingin aktif membutuhkan
energi khusus untuk mendinginkan. Sedangkan, pada teknologi pendingin pasif
tidak membutuhkan energi tambahan untuk mendinginkan. Teknologi pendingin
pasif menggunakan heat sink menjadi topik pada penelitian ini. Dengan
pemasangan yang relatif mudah dan biaya yang dibutuhkan ekonomis jika
dibandingkan teknologi pendingin lainnya.
Pada penelitian tesis ini, dilakukan analisis komputasi terhadap dua skenario
teknologi pendingin pasif untuk meningkatkan kinerja modul PV dengan cara
memasang heat sink dengan sirip yang dipasang pada bagian bawah permukaan
modul PV. Perangkat lunak Computational Fluid Dynamics (CFD) standar
sigunakan untuk melihat distribusi panas akibat kenaikan temperatur.
Hasil simulasi dan analisis menunjukan bahwa pada Skenario 1 saat radiasi
matahari 1000W/m2 mengalami penurunan temperatur tertinggi sebanyak 27.9°C
dan pada Skenario 2 penurunan temperature tertinggi sebanyak 26°C. Hasil
perhitungan kinerja modul PV, keluaran daya maksimum dan efisiensi pada
Skenario 1 dan Skenario 2 secara berturut-turut adalah 94.97W dan 18.38% serta
94.32W dan 18.25%. Hasil LCCA dengan kinerja terbaik untuk Skenario 1 dan
Skenario 2 adalah Rp 9,707,857 dan Rp 2,454,233.