Sampai saat ini, banyak mega proyek di Indonesia yang mengalami permasalahan geoteknik yang disebabkan oleh clay shale. Evaluasi daya dukung aksial tiang bor di tanah clay shale dengan menggunakan tes Osterberg Cell (OC), static loading test, serta tes Pile Driving Analyzer (PDA) kadang-kadang menghasilkan nilai tes yang lebih kecil dari dari nilai desain daya dukung aksial karena penurunan kuat geser tanah. Dalam pelaksanaan pondasi tiang bor di tanah clay shale, proses pengeboran menyebabkan tanah clay shale terkena air dan udara yang berpotensi menyebabkan penurunan kuat geser tanah clay shale. Durasi waktu pekerjaan pengeboran dan galian terbuka mempengaruhi penurunan kuat geser tanah clay shale sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji masalah ini.
Metode penelitian yang dilakukan pada tahap pertama adalah studi referensi dan telaah hasil penelitian terdahulu untuk mencari deskripsi masalah yang akan dipecahkan dalam tujuan penelitian ini. Pada tahap kedua mencari penurunan kuat geser undrained yang dipakai untuk perencanaan pondasi dengan menggunakan data penyelidakan tanah dan data loading test (static loading test, Osterberg Cell test, dan pile driving analyzer test) pada proyek yang pondasinya berada di tanah clay shale. Loading test pada proyek tersebut harus dilengkapi dengan strain gauge untuk dapat mengukur tahanan selimut tiang tiap lapisan tanah sepanjang tiang. Tahanan selimut tiap lapisan tiang dan tahanan ujung tiang dihitung balik untuk dicari korelasinya terhadap N-SPT. Pada tahap kedua adalah memodelkan friksi antara sisi keliling lubang bor dengan tiang bor. Permodelan ini dilakukan dengan uji geser langsung yang mana friksi dianggap terjadi antara clay shale dengan beton. Sampel clay shale dimodelkan seperti pada saat penggalian yang terkena air dan terekspos oleh matahari dan udara. Clay shale disimulasikan mengalami pelapukan dengan cara direndam dan tidak direndam sebagaimana dinding lubang pondasi tiang bor pada saat penggalian. Waktu simulasi pelapukan pada setiap siklus adalah setiap 1 jam dengan perlakuan 5 menit di rendam dan 55 menit tidak direndam. Untuk memodelkan waktu pengeboran dilaksanakan 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 siklus. Pengetesan uji geser langsung dilakukan dengan cara multi stage reversal direct shear untuk mencari penurunan kuat geser pada kondisi puncak, residual, dan stress release. Hasil dari masing-masing parameter kuat geser dimodelkan untuk
mencari degradasi kuat geser clayshale pada tiang bor pada masing-masing kondisi. Analisis dari hasil lapangan dan laboratorium dipadukan untuk menyusun rekomendasi perhitungan baru.
Dari proyek Jembatan Suramadu diperoleh delapan data tanah dan data interpretasi hasil Osterberg Cell Test. Dari proyek Panasea Cement Plant diperoleh satu data tanah dan data interpretasi hasil satik loading test. Dari proyek Indosemen Plant 14 diperoleh dua data tanah dan data interpretasi hasil pile driving analyzer. Dari proyek indocement TP4 diperoleh 2 data tanah dan dua data PDA. Dari proyek apartemen di Jakata diperoleh 4 data tanah, dua loading test dan dua OC tes. Dari Proyek Jalan Tol Japek Elevated II diperoleh 11 data tanah dan 11 PDA. Dari Proyek Jambatan Lemah Ireng diperoleh 1 data tanah dan 1 data PDA. Dari proyek Hotel Rajawali diperoleh 1 data tanah dan 1 data PDA. Kohesi kalkulasi balik dicari dari data loading test dengan menggunakan rumus ? dari Kulhawy dan Jackson (1989). Selanjutnya dicari korelasi antara NSPT dengan friksi tiang (fs) dan Su. Sedangkan nilai tahanan ujung (qp) juga dihitung korelasinya terhadap nilai N-SPT. Korelasi yang dihasilkan adalah kohesi (c) = 3,1N (kPa); friksi tiang fs = 1,1 N (kPa) untuk tahanan selimut. Sedangkan untuk tahanan ujung qp = 38 N. Sedangkan pada penyelidikan laboratorium menunjukkan bahwa degradasi kekuatan geser pada puncak, sisa tanpa pelepasan tegangan, dan sisa dengan pelepasan tegangan masing-masing mencapai 87-62%, 28-20%, dan 25-14% setelah 1 sampai 6 jam proses pelapukan. Hasil ini dapat digunakan untuk memprediksi friksi tiang bor pada tanah clay shale. Selain itu, dalam penelitian ini, faktor adhesi (?) diukur dengan menggunakan faktor adhesi rata-rata per siklus pada setiap kondisi. Faktor adhesi (?) untuk tegangan puncak, tegangan sisa, dan kondisi pelepasan tegangan berturut-turut adalah 0,17; 0,06; dan 0,05. Dalam penelitian ini, penentuan faktor adhesi diturunkan dari rata-rata per siklus pada setiap kondisi. Faktor reduksi (?) untuk tegangan puncak, tegangan sisa, dan kondisi stress release berturut-turut adalah 0,63; 0,46; dan 0,40.