digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemecah gelombang tipe gravitasi seperti tipe rubble mound tidak efektif pada perairan menengah (transisi) (?/10?) karena biaya konstruksi yang tinggi. Pada perairan menengah dan dalam, pemecah gelombang tipe tirai menjadi alternatif terbaik dengan biaya konstruksi yang lebih rendah karena struktur pemecah gelombang tersebut hanya terdiri dari tiang pancang di bagian bawah struktur dan dinding tirai di bagian atas struktur. Untuk mengkaji keefektifan pemecah gelombang tipe tirai, pemodelan fisik 2-dimensi pada saluran gelombang dan 3-dimensi pada kolam gelombang dilakukan di Laboratorium Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Pemodelan fisik 2D dan 3D dilakukan pada struktur Pemecah Gelombang Tirai Ganda (PGTG) dan Pemecah Gelombang Tirai Jamak (PGTJ). Hubungan antara parameter Koefisien Transmisi (KT) dan Koefisien Refleksi (KR) dengan parameter lingkungan dan struktur dikaji untuk mendapatkan performa optimum struktur pemecah gelombang pada perairan menengah/transisi dan perairan dalam. Analisa Koefisien Transmisi (KT) dilakukan dengan membandingkan nilai gelombang transmisi (HT) dengan gelombang datang (HI) sedangkan analisa Koefisien Refleksi (KR) dilakukan dengan membandingkan energi gelombang refleksi (ER) dengan energi gelombang datang (EI). Metoda Goda dan Suzuki (1976) digunakan untuk memisahkan gelombang datang dan gelombang refleksi dari gelombang komposit di depan struktur. Hasil analisa adalah berupa grafik tidak berdimensi dan persamaan empiris yang menggambarkan hubungan KT dan KR terhadap kedalaman efektif (kh), kecuraman gelombang (HI/L), kedalaman draft relatif (s/h), dan jarak tirai efektif (Lc/h). Pemodelan fisik PGTG dan PGTJ menghasilkan kesimpulan bahwa pemecah gelombang efektif untuk pada perairan transisi dan perairan dalam. Terdapat perbedaan hasil nilai KT dan nilai KR pada pemodelan fisik 2D dan 3D, sehingga efek 3D perlu dipertimbangkan dalam desain struktur pemecah gelombang.