digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alya Hanum Asyara
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Dalam dunia arsitektur, arsitek memegang peran penting dalam mewujudkan suatu ide dan gagasan hingga akhirnya ide dan gagasan mengenai bangunan ideal tersebut dapat terwujud. Ada stakeholder lain yang memegang peran penting dalam terwujudnya suatu bangunan namun vitalitasnya sering kali diabaikan, ia adalah tukang bangunan. Potensi tukang di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan. Saat ini, undang-undang (UU) Jasa Konstruksi mengupayakan program sertifikasi tukang, namun jumlahnya masih jauh dari yang dibutuhkan. Tidak hanya dalam sertifikasi, dalam eksekusi sehari-hari pun tukang memiliki keterbatasan keilmuan. Tukang masih memiliki pemahaman yang sangat jauh dari standar yang diharapkan serta kepercayaan mereka akan mitos-mitos tentang konstruksi yang melekat di antara para tukang bangunan. Namun, jika kita merefleksikan sistem yang ada di. Indonesia, pertanyaannya adalah apakah kita sudah memanusiakan dan menyediakan tempat untuk tukang belajar sehingga kita berhak untuk menuntut tukang menjadi tenaga yang segala bisa dan tanpa kekurangan? Faktanya, pelajaran pertukangan hanya didapatkan saat eksekusi langsung atau learning by doing, mereka hanya dapat belajar langsung ketika proyek dilaksanakan karena belum ada tempat pendidikan formal vokasional untuk pertukangan. Sering kali tukang tidak paham akan peran dan apa yang mereka kerjakan karena keterbatasan wadah untuk belajar. Menanggapi isu tersebut, dibutuhkan sebuah ruang untuk belajar, bekerja sama dan bereksperimen untuk para tukang. Pendekatan desain yang dipilih dalam rancangan adalah pendekatan sense of belonging, bagaimana meningkatkan potensi pertukangan di Indonesia dengan rasa kepemilikan atau sense of belonging akan sebuah institusi, komunitas dan tempat. Sehingga, ruang arsitektur yang dirancang dapat menjadi penggerak untuk meningkatkan potensi tukang sebagai individu dan tim. Proyek ini merupakan perancangan berbasis isu sebagai bentuk kesadaran akan potensi craftsmanship di Indonesia. Fungsi proyek ini adalah sekolah pendidikan ketukangan atau sejenis training centre yang berlokasi di Kawasan Industri Gunung Putri , Kab. Bogor. Selain sebagai sekolah, proyek ini berfungsi untuk mendorong dan memberdayakan komunitas tukang khususnya tukang di area Jabodetabek. Proyek ini bertujuan sebagai wadah untuk masyarakat terutama dalam segi pendidikan dan memperbaiki jenjang karir komunitas tertentu untuk memiliki pekerjaan yang layak. Ruang-ruang ini juga disediakan sebagai bentuk kerjasama PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan perusahaan material lainnya untuk memasarkan produk masing-masing perusahaan kepada “marketing” utama mereka, yaitu tukang. Proyek ini terdiri atas 7 massa bangunan yang diintegrasikan oleh sirkulasi dengan fungsi tiga pendidikan,dau gedung bersama, satu gedung penelitian dan satu gedung asrama.