Interaksi farmasetik akan berpengaruh pada sediaan obat. Interaksi tersebut dapat
berakibat pada pengendapan, sediaan menjadi basah/eutektik, hingga ke penurunan
kadar akibat degradasi. Interaksi jenis ini disebabkan oleh perubahan sifat
fisikokimia obat. Salah satu jenis interaksi ini adalah terbentuknya kokristal.
Kokristal adalah kristal multi komponen yang tersusun oleh dua atau lebih molekul
berbeda yang dihubungkan dengan ikatan non kovalen dan membentuk sistem
padat pada suhu ruang. Packing kokristal yang baru terbentuk ini berbeda dari
senyawa tunggalnya.
Pembentukan kokristal dapat diamati melalui pengujian laboratorium dengan
instrumen mikroskop polarisasi, Differential Scanning Calorimetry, maupun X-Ray
Diffraction. Namun, pandemi COVID-19 telah mengubah beberapa perspektif
mengenai studi eksperimental non-esensial, sehingga sulit untuk melakukan
pekerjaan laboratorium. Oleh karena itu, prediksi komputasi diharapkan dapat
menjembatani kesenjangan ini. Dengan prediksi komputasi, efek negatif
pencampuran dua obat yang berpotensi membentuk kokristal dapat diantisipasi
lebih awal. Selain itu, pemilihan skrining koformer kokristal tetap dapat dilakukan
meskipun ada pembatasan pekerjaan laboratorium.
Prediksi komputasi dapat diterapkan pada berbagai target bagian kokristal, salah
satunya adalah pada bagian synthon. Terkait synthon, salah satu yang paling
menarik adalah carboxylic acid-pyridine heterosynthon (CPHS). CPHS merupakan
salah satu jenis synthon terkuat dan banyak ditemukan pada struktur kokristal.
Synthon ini tersusun oleh gugus karboksilat yang berikatan hidrogen dengan atom
N dari gugus piridin. Karena kemunculannya yang sangat sering, synthon tersebut
kemungkinan menjadi prekursor pembentukan kokristal. Synthon tersebut
kemungkinan sudah ada sejak awal proses pembentukan kokristal, dan akan selalu
ada hingga terbentuk packing kristal final. Meskipun banyak penelitian terkait
aspek kekuatan synthon, namun belum ada satu konsensus tentang faktor mana
yang paling berperan.
Terkait hal ini, komputasi perlu dilakukan pada level konformasi dimer. Pada
pencampuran dua molekul, terdapat beberapa konformasi eksisting dan non
ii
eksisting/putatif. Konformasi eksisting merupakan konformasi yang secara riil
terbentuk pada packing kokristal, salah satunya yang mengandung CPHS.
Sementara itu, konformasi putatif merupakan konformasi yang tidak terbentuk pada
packing kokristal.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor pembentukan synthon pada
kokristal. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan metode komputasi
yang dapat memprediksi terjadinya suatu kokristal. Pada penelitian ini digunakan
model kokristal salicylic acid (SAC) - nicotinamide (NIC) {SACNIC)}, salicylic
acid - isonicotinamide (INA) {SACINA}, dan phenylacetic acid (PYC) -
nicotinamide {PYCNIC}. Ketiganya mengandung molekul kecil yang memiliki
donor dan akseptor ikatan hidrogen. Baik SACNIC, SACINA, maupun PYCNIC
memiliki CPHS. Analisis komputasi dilakukan secara density functional theory
(DFT) pada level B3LYP-D3BJ dan WB97M-D3BJ dengan basis set 6-311G (d,p)
pada konformasi eksisting dan putatif. Level teori dan set basis ini dapat digunakan
untuk analisis konformasi dimer pada kristal maupun kokristal. Deskriptor yang
diuji meliputi bentuk geometri, energi total, energi interaksi, energi ikatan hidrogen
tunggal, gap highest occupied molecular orbital (HOMO) - lowest unoccupied
molecular orbital (LUMO), Laplacian bond order (LBO), serta natural bond
orbital (NBO). Berikutnya, teknik komputasi beserta deskriptor yang sesuai, akan
diterapkan pada beberapa kokristal eksisting untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan prediksi metode tersebut.
Hasil komputasi menunjukkan bahwa konformasi dengan carboxylic acid-pyridine
heterosynthon ( CPHS ) terlihat memiliki keunggulan pada deskriptor energi ikatan
hidrogen tunggal, dibandingkan konformasi lainnya, baik itu eksisting maupun
putatif. Mengingat bahwa jenis synthon tersebut hampir selalu ada pada pasangan
kokristal yang memiliki gugus karboksilat dan gugus piridin, maka deskriptor
energi ini dapat digunakan sebagai salah satu parameter prediksi terjadinya
kokristal yang mengandung CPHS tersebut.