digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan perorangan maupun badan usaha. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap sebesar 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi. Namun, UMKM Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara ASEAN yang lain pada tingkat pembangunan yang relatif sama, terutama dalam segi produktivitas, kontribusi terhadap ekspor, kontribusi terhadap nilai tambah, serta partisipasi UMKM dalam transaksi global. Hal ini diakibatkan oleh beberapa keterbatasan sumber daya, diantaranya yaitu keuangan, informasi, kapasitas manajemen dan teknologi serta akses terhadap informasi pasar Pada dasarnya, suatu perusahaan besar maupun kecil pasti memiliki suatu aktivitas bisnis yang terdiri dari proses berlanjut yang dijalankan dalam perusahaan, atau biasa disebut dengan proses bisnis. Organisasi yang baik adalah organisasi yang proses bisnisnya efisien dan efektif termasuk organisasi seperti UMKM. Maka dari itu UMKM dituntut untuk mempertahankan keseimbangan antara kapasitas produksi dan hasil aktual, namun keseimbangan ini mungkin terganggu oleh pasar yang terus menerus berubah dengan cepat. BPM (Business Process Management) atau manajemen proses bisnis dapat menjadi solusi yang dapat membantu dalam pengelolaan bisnis yang menekankan kepada pendekatan manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis sehingga mencapai suatu inovasi dan integrasi dengan teknologi. Beberapa penelitian sebelumnya mencoba mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan CSF dari BPM Namun, sebagian besar makalah tersebut gagal menempatkan penelitian mereka dalam kerangka teoritis. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor keberhasilan kritis di setiap siklus hidup BPM pada UMKM. Sebanyak 119 data berhasil dikumpulkan berdasarkan teknik sampling homogeneous purposive sampling dan diolah menggunakan teknik analisis faktor eksploratori untuk mereduksi atau menyederhanakan CSF BPM yang terbentuk pasa setiap fase siklus hidupnya Hasil analisis didapatkan bahwa pada fase identifikasi proses terbentuk 4 faktor dari indikator critical success factors business process management, yaitu faktor Pemantuan dan Evaluasi Kinerja Berkelanjutan (Methods), Transformasi Organisasi (Governance), Strategi Perbaikan Berkelanjutan (Strategic), dan Pengelolaan Teknologi (Technology), Fase Penemuan Proses terbentuk 4 faktor dari 3 indikator critical success factors business process management, yaitu Transformasi Organisasi (Governance), Pengelolaan Teknologi (Technology), Pengembangan Kinerja Karyawan (People), Kapabilitas Manajemen Perubahan (Culture). Fase Analisis Proses terbentuk 3 faktor dari indikator critical success factors business process management, yaitu Peningkatan Kinerja Berbasis Proses (Methods), Pengelolaan Kinerja (Governance), Kolaborasi Efektif (People). Fase Pengembangan/Desain Proses terbentuk 5 faktor dari indikator critical success factors business process management, yaitu Adaptabilitas Proses (Methods), Inovasi Proses (Culture), Kolaborasi Efektif (People), Pengelolaan Proses Berbasis Strategi (Strategy), Optimisasi Kinerja (Governance). Fase Penerapan Proses terbentuk 4 faktor dari indikator critical success factors business process management, yaitu Optimasi Sumber Daya Manusia (People), Manajemen Proses (Methods), Manajemen Perubahan dan Kinerja (Governance), dan Teknologi yang Adaptif (Technology). Fase Pemantauan dan Pengendalian Proses terbentuk 5 faktor dari indikator critical success factors business process management, yaitu Kesesuaian Strategis (Strategic), Transformasi Organisasi (Governance), Peningkatan Kinerja (People), Efektivitas Operasional (Methods), dan Inovasi dan Pengembangan (Culture).