digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2023 TA PP RUVENEA ARSANOUVA BALQIS NABILA A. 1.pdf
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Self harm merupakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk merusak atau melukai diri sendiri secara sengaja. Biasanya, self harm dilakukan sebagai cara untuk mengurangi tekanan emosional atau sebagai bentuk pengalihan perhatian dari rasa sakit psikologis yang dialami. Tindakan perusakan atau pengubahan langsung pada bagian tubuh dengan sengaja tanpa niat untuk bunuh diri namun mengakibatkan luka atau cedera pada kulit. Remaja pada umur 10 hingga 13 Tahun manunjukan bahwa masalah kesehatan mental yang mendominasi dan sering terjadi ialah kecemasan sebesar (26.3%), masalah terkait pemusatan perhatian dan atau hyperactivities sebesar (13.2%), dan depresi sebesar (3.2%) hal tersebut memicu anak untuk melakukan tindakan self-harm yang ditandai dengan kecenderungan emosi yang tak stabil, hubungan yang tidak bertahan lama dan adanya perasaan kosong di dalam diri. Produk yang dihasilkan dalam memitigasi self harm ialah perancangan sebuah Self-Harm Prevention Kit, pertimbangan yang diambil terhadap produk tersebut berdasarkan hasil kuisioner yang dilakukan pada anak di Bogor bahwa sejumlah 61% orang tua yang ada di Bogor berperilaku sering memarahi terhadap anaknya apabila melakukan kesalahan kecil maupun besar, sehingga reaksi yang ditimbulkan oleh anak ialah merasakan cemas dan gelisah, 44%-nya sering kali melakukan tindakan melukai diri sendiri dengan rata-rata usia yang melukai diri sendiri direntan umur 7 hingga 15 tahun dengan tingkat pendidikan SD dan SMP, 189 responden menjelaskan bahwa bentuk mainan dapat dijadikan alternatif sebagai pengendalian diri terhadap self harm dan diperkuat dengan pendapat salah satu konselor yang mengatakan bahwa produk bisa dijadikan menjadi katalis katarsis, dalam bahasa psikologi adalah pelepasan emosi dari diri seseorang agar segala emosi atau keluh kesah bisa tersalurkan dengan baik sehingga tidak menumpuk dalam diri seseorang, juga untuk bantuan komunikasi yang lebih baik dan tersampaikan terhadap orang lain. Maka dari itu Perancangan sebuah Self-Harm Prevention Kit berbentuk boneka squishy sebagai mediator di desain untuk membantu anak usha 7 hingga 15 tahun mengendalikan diri terhadap reaksi, selain itu pilihan bahan sesuai SNI dipilih dengan menggunakan kain yelvo dan diisi dakron. Kedua bahan tersebut dinilai mampu menyalurkan bahan secara lembut serta menenangkan terhadap sentuhan, bentuk yang dipilih ialah boneka squishy kentang (My Potret) dengan tambahan teknologi voice recorder, yang mana desain cocok untuk anak dari SD hingga SMP, Gender neutral, dan simple.