ABSTRAK Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati COVER Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati BAB1 Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati BAB2 Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati BAB3 Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati BAB4 Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati BAB5 Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati BAB6 Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati PUSTAKA Rizky Novatama
PUBLIC Dewi Supryati
Cross-docking merupakan salah satu strategi yang banyak digunakan oleh
perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan menurunkan biaya
transportasi yang dapat mencapai 30% dari total biaya yang dikeluarkan. Dalam
cross-docking ada dua poin utama yang harus diperhatikan yaitu kedatangan
kendaraan dan konsolidasi secara bersamaan (simultan). Jika setelah proses pickup
seluruh kendaraan kembali ke cross-dock tidak secara simultan maka proses
konsolidasi harus ditunda hingga seluruh kendaraan kembali ke cross-dock, hal ini
dapat menyebabkan meningkatnya waktu tunggu dan level inventori di cross-dock.
Oleh karena itu, keputusan vehicle routing menjadi salah satu keputusan penting
dalam proses cross-docking. Masalah ini lebih dikenal sebagai Vehicle Routing
Problem with Cross-dock (VRPCD).
Pada penelitian ini VRPCD dikembangkan menjadi Vehicle Routing Problem with
Multiple Cross-dock (VRPMCD) yang mempertimbangkan kendaraan heterogen
(heterogeneous fleet), jendela waktu pelayanan (time window), dan batasan
ketergantungan antara lokasi konsumen dan jenis kendaraan (site-dependent), atau
dapat disingkat menjadi SDVRPMCDTW. Aspek time window dan site-dependent
ditambahkan karena pada sistem nyata perusahaan dihadapkan pada situasi dimana
setiap cross-dock dan konsumen memiliki jendela waktu pelayanan masingmasing,
dan beberapa jenis kendaraan tidak dapat mengunjungi lokasi konsumen
tertentu. Model matematis dan algoritma Adaptive Neighborhood Simulated
Annealing (ANSA) dikembangkan untuk permasalahan SDVRPMCDTW.
Algoritma yang dikembangkan diuji coba untuk menyelesaikan permasalahan HFVRPMCD
dari penelitian terdahulu. Hasil uji coba menunjukkan algoritma yang
dikembangkan mampu menghasilkan solusi yang sama atau lebih baik dari hasil
algoritma penelitian terdahulu pada 60 data dari 90 data yang diuji coba. Uji statistik
paired t-test digunakan untuk melihat apakah perbedaan solusi antara algoritma
yang dikembangkan dan algoritma penelitian terdahulu signifikan, hasil uji statistik
ini menunjukkan bahwa algoritma yang dikembangkan menghasilkan solusi yang
lebih baik dibandingkan algoritma dari penelitian terdahulu.
Model matematis dan algoritma yang dikembangkan diuji coba untuk
menyelesaikan permasalahan SDVRPMCDTW. Hasil uji coba menunjukkan
bahwa penyelesaian menggunakan model matematis atau disebut juga dengan
metode eksak hanya dapat digunakan untuk menyelesaikan data 10 titik konsumen,
sedangkan pada data 30 dan 50 titik konsumen metode eksak membutuhkan waktu
komputasi yang sangat lama untuk mendapatkan solusi global optimal. Sedangkan
algoritma yang dikembangkan dapat menyelesaikan data 10, 30, dan 50 titik
konsumen dengan waktu komputasi yang dapat diterima. Hasil uji coba ini juga
menunjukkan bahwa performansi algoritma yang dikembangkan cukup baik dari
segi kualitas solusi dengan gap dari metode eksak sebesar 0,16% dan -24,99% pada
data 10 dan 30 titik konsumen, dan gap dari algoritma SA sebesar -1,37% pada data
50 titik, dan waktu komputasi yang dibutuhkan lebih kecil dibanding metode eksak
pada data 30 titik konsumen.