Perkembangan teknologi saat ini mengakibatkan pertumbuhan data yang semakin
besar serta memunculkan tantangan baru yaitu menggali informasi dari data
tersebut. Salah satu cara menggali informasi adalah dengan teknik data mining.
Association rule merupakan salah satu teknik dalam data mining yang dapat
menghasilkan aturan asosiasi berdasarkan frekuensi kemunculan item dari basis
data transaksional. Salah satu hal yang kritikal pada Association rule adalah
penentuan nilai minimum support yang digunakan untuk menentukan item mana
yang akan diikutsertakan dalam pembentukan rule. Jika nilai minimum support
yang ditetapkan terlalu kecil menyebabkan terlalu banyak item yang dilibatkan
dalam pembentukan rule. Sebaliknya, jika nilai minimum support yang ditetapkan
terlalu besar menyebabkan jumlah item yang dilibatkan dalam pembentukan rule
terlalu sedikit. Masalah dalam penentuan nilai minimum support ini sangat
berpengaruh terhadap jumlah rule yang dihasilkan.
Tantangan selanjutnya adalah heterogenitas, kompleksitas dan ukuran data yang
ada saat ini membutuhkan solusi inovatif dari ilmu komputer. Sehingga perlu
adanya metode Association rule yang dapat menghasilkan rule dari basis data yang
heterogen baik dari sumbernya maupun karakteristiknya. Selain itu, dalam banyak
kasus Association rule menghasilkan jumlah rule yang sangat besar, yang tidak
mungkin bagi penggunanya untuk dipahami atau divalidasi sehingga akan membuat
kebingungan dalam pengambilan keputusan. Untuk menangani hal itu setiap rule
yang dihasilkan harus dinilai dan diurutkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
sehingga dapat menentukan rule mana yang paling relevan dan menarik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengusulkan metode yang dapat menghasilkan
adaptive rule yang berasal dari beberapa basis data yang berbeda baik dari internal
maupun eksternal, ambang batas yang otomatis dan melibatkan berbagai kriteria
untuk menilai prioritas rule. Metode adaptive rule yang dihasilkan dapat diterapkan
pada sistem pemberi rekomendasi di berbagai bidang. Input pada metode ini adalah
berupa basis data. Salah satu yang berbeda pada metode ini dapat memiliki dua
jenis input yaitu basis data internal dan basis data eksternal. Basis data internal yaitu
basis data transaksional yang berhubungan langsung dengan proses pembentukan
rule. Basis data eksternal yaitu basis data lain yang nyatanya dapat menjadi faktor
untuk pengambilan keputusan. Input lain pada metode ini yaitu kriteria yang dipilih
untuk menentukan ranking rule dan pemilihan item. Pada metode ini para
pengambil keputusan dapat menentukan kriteria mana yang akan dijadikan patokan
dalam penyusunan rule dan perankingannya, sehingga setiap orang yang memiliki
kriteria yang berbeda akan mendapat rule yang berbeda nantinya walaupun berasal
dari basis data transaksi yang sama.
Proses utama pada metode ini yaitu pembentukan rule dengan menggunakan
metode dasar Association rule tetapi telah dilakukan improvement pada beberapa
titik yaitu pada proses penentuan nilai minimum support dan perankingan rule. Nilai
minimum support pada metode ini digeneralkan sebagai threshold. Hal ini
dilakukan karena pemilihan item dalam pembentukan rule bukan hanya berasal dari
support atau frekuensi item tersebut, tetapi berdasarkan kriteria lain yang telah
ditentukan oleh pengguna pada tahap sebelumnya. Setelah ditentukan threshold
untuk proses pembentukan rule, maka proses selanjutnya pembentukan rule dengan
mempertimbangkan kriteria yang sudah ditentukan dan diurutkan berdasarkan
threshold tadi sehingga nantinya rule yang dibentuk tidak perlu dilakukan
perankingan lagi.
Output dari metode ini adalah adaptive rule yaitu rule yang menyesuaikan dengan
beberapa keadaaan yang terdiri dari basis data inputnya dan kriteria yang ditentukan
oleh pengguna. Rule yang dihasilkan berupa pernyataan kalimat IF x then y yang
dapat dituliskan sebagai berikut: X????Y. Metode adaptive rule akan menghasilkan
rule yang paling relevan dan menarik bagi pengguna sehingga dapat menjadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan tanpa harus menentukan nilai
minimum support dan berasal dari berbagai basis data yang berbeda sumber maupun
karakteristiknya. Metode Adaptive Rule memiliki sub modul yang dapat
mengurutkan Rule yang dihasilkan berdasarkan lift ratio, tetapi karena jumlah
rulenya yang sangat banyak maka proses pembentukan rule nya membutuhkan
runtime dan memory usage yang tinggi. Untuk menyempurnakan metode Adaptive
Rule, maka disusun strategi pemangkasan dalam proses pembentukan Rule yang
dapat menurunkan runtime dan memory usage yaitu metode Adaptive Rule with
Average Utility (ADR-AU) dan metode Adaptive Rule with Sorting Utility (ADRSU).
Metode ADR-AU mengubah nilai minimum threshold dengan menggunakan
nilai rata-rata utilitas item. Metode ADR-SU mengusulkan penambahan langkah
pada proses penentuan frequent itemset yaitu dengan mengurutkan nilai utilitas item
secara descending sebelum dilakukan proses pengulangan untuk membandingkan
apakah nilai utilitas lebih besar dari minimum threshold atau tidak. Tujuannya
proses pengulangan dapat langsung dihentikan setelah menemukan item yang nilai
utilitasnya tidak lebih besar dari minimum threshold. Hasil dari eksperimen yang
dilakukan terhadap 8 dataset, jumlah frequent itemset metode ADR-AU dan ADRSU
jauh lebih sedikit jika dibandungkan dengan metode adaptive rule. Selain itu,
jika dilihat dari runtime, enam dataset mengalami penurunan runtime antara metode
adaptive rule dengan ADR-AU. Dalam hal memory usage, terdapat lima dataset
yang mengalami penurunan dari metode adaptive rule ke metode ADR-AU.