Di era Industri 4.0, industri manufaktur dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan
fleksibilitas dan efisiensi lantai produksi. Saat ini, Cyber-Physical System (CPS) mulai
banyak dikembangkan sebagai bentuk implementasi Industri 4.0. CPS memanfaatkan
Industrial Internet of Things (IIoT), Big Data Analytics, Cloud Computing dan teknologi
tinggi lain untuk menciptakan elemen produksi cerdas (smart manufacturing). Industri
manufaktur yang telah menerapkan otomatisasi cenderung lebih mudah untuk
menghadapi tantangan Industri 4.0, namun tidak demikian dengan manufaktur yang
memiliki keunikan padat karya. Implementasi Industri 4.0 pada manufaktur padat karya
dapat diawali dengan melakukan digitalisasi dan integrasi data dalam sistem produksi.
Dalam penelitian ini, diusulkan suatu kerangka kerja sistem terintegrasi pemantau
kemajuan produksi untuk memudahkan penyediaan informasi kemajuan produksi pada
industri manufaktur kereta api. Pengembangan kerangka kerja sistem terintegrasi
memungkinkan pencatatan kemajuan produksi secara waktu nyata yang bersumber dari
data durasi operasi dan ongkos pekerjaan produksi. Apabila diterapkan, kerangka kerja
sistem terintegrasi pemantau kemajuan produksi diperkirakan memiliki dampak
penghematan waktu perolehan data kemajuan produksi yang sebelumnya delapan hari
menjadi kurang lebih 60 menit. Estimasi biaya investasi pengembangan sistem adalah
sebesar Rp 880,1 Juta selama tiga tahun, lebih rendah Rp 305,5 Juta dibandingkan
dengan kegiatan pencatatan manual yang berlangsung saat ini. Selain itu,
penerapan sistem berpotensi meningkatkan akurasi data, menyediakan keterkaitan
antar data, mempercepat pengambilan keputusan dan memperkecil risiko
terjadinya keterlambatan penyelesaian produk sehingga mengurangi potensi
kerugian akibat pembayaran denda kepada pelanggan.