Saat ini Indonesia berada pada kondisi darurat kekerasan seksual, dengan mayoritas korban
adalah anak-anak (lebih dari 58% dari total korban berusia di bawah 17 tahun). Untuk menekan
pertumbuhan kasus kekerasan seksual pada anak, psikoedukasi seksual menjadi langkah
preventif utama. Dalam psikoedukasi seksual, anak-anak usia dini juga perlu mempelajari topik
anti kekerasan seksual. Namun, penyampaian materi anti kekerasan seksual pada anak usia dini
di era digital membutuhkan pengaplikasian pedagogi Digital Game-Based Learning (DGBL)
yang sesuai dengan karakteristik bermain anak serta mampu menciptakan lingkungan
pembelajaran yang aman dan menyenangkan dalam menyampaikan topik ini. Materi
pembelajaran dalam game dirancang dengan mengkorelasikan teori tahapan grooming dan
langkah perlindungan diri dari kekerasan seksual anak yang disusun oleh Yayasan JaRI.
Melalui media edu-game dengan genre role play, anak dapat mengenal konsep kekerasan
seksual dan mempraktikkan langkah penanggulangannya melalui kegiatan memberi respons
dalam dialog, melakukan berbagai mini games, dan mengumpulkan skill serta pin yang
didapatkan dengan memerankan karakter dalam game sesuai alur cerita. Game disusun dengan
menggunakan metode perancangan DGBL-ID (Digital Game-Based Learning-Instructional
Design). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan dalam memperkenalkan
konsep kekerasan seksual dan penanggulangannya serta merancang edu-game berbasis role
play yang dapat mengakomodasi materi psikoedukasi anti kekerasan seksual fisik untuk anak
usia 6-7 tahun. Berdasarkan hasil evaluasi, game Tata Si Tangguh Penjaga Tubuh yang disusun
memiliki aspek instructional design yang layak diaplikasikan dalam game, terbukti dengan
persentase 73,95% dalam uji kelayakan kepada ahli KSA yang membuat desain instruksi game
masuk kategori “Layak”. Dari aspek game design yang dievaluasi melalui play testing, anak
usia dini merasa game yang dimainkan cukup mudah dinavigasikan, menyenangkan, dan
memotivasi anak untuk mempelajari topik. Game Tata Si Tangguh Penjaga Tubuh ini
diharapkan mampu menjadi media diskusi pembelajaran anti kekerasan seksual fisik antara
anak dan pendamping sehingga kemampuan perlindungan diri dari KSA pada anak usia dini
dapat meningkat.