Cekungan Sumatra Utara merupakan cekungan terbesar ketiga di Indonesia setelah Cekungan Sumatra Tengah dan Cekungan Kutai. Cekungan Sumatra Utara mempunyai akumulasi hidrokarbon yang berlimpah pada area cekungan bagian darat (onshore), hal tersebut terbukti dengan ditemukan Lapangan Gas Arun pada tahun 1971 sebagai lapangan gas terbesar di Indonesia. Tetapi hingga kini belum ditemukan akumulasi hidrokarbon yang signifikan pada cekungan di area lepas pantai (offshore), walaupun beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa cekungan ini mempunyai batuan induk yang cukup matang dan reservoir yang berkualitas. Maka muncul sebuah hipotesis bahwa proses migrasi dan akumulasi hidrokarbon pada Cekungan Lepas Pantai Sumatra Utara mengalami gangguan (disrupsi) sehingga tidak terakumulasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses migrasi hidrokarbon, apa yang mengganggu proses tersebut, dan apakah masih ada area yang mempunyai akumulasi hidrokarbon dengan jumlah yang signifikan.
Metoda yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Metoda Pemodelan Cekungan 2D. Pemodelan cekungan digunakan untuk menganalisis formasi, evolusi cekungan sedimen, dan menganalisis bagaimana sistem petroleum bekerja, maka seringkali digunakan untuk membantu mengevaluasi potensi cadangan hidrokarbon. Metoda tersebut mencakup Analisis Biostratigrafi, Analisis Paleobatimetri, Analisis Geokimia, Analisis Kematangan Batuan Induk, serta Analisis Sistem Petroleum yang mencakup proses dan jalur migrasi. Pemodelan dilakukan pada tiga lintasan seismik 2D super-regional sepanjang 420km yang melewati lima sumur eksplorasi. Data yang digunakan dari kelima sumur eksplorasi tersebut meliputi data log, biostratigrafi, paleobatimetri, reflektansi vitrinit, pirolisis Rock-Eval, dan temperatur bawah permukaan.
Hasil dari studi pemodelan cekungan 2D ini memberikan gambaran mengenai proses kematangan batuan induk, proses migrasi, dan proses akumulasi hidrokarbon di Cekungan Lepas pantai Sumatra Utara. Proses kematangan batuan induk pada cekungan ini bergantung pada seberapa dekat lokasi batuan induk ini terhadap paleo-temperatur maksimum. Pada cekungan ini batuan induk dengan
ketebalan maksimum yang telah matang berada dibawah sesar-sesar aktif yang terbentuk pada Pliosen Awal menjadi jalur migrasi yang meloloskan hidrokarbon hingga ke permukaan, sehingga pada area ini hidrokarbon tidak dapat terakumulasi dengan baik. Lokasi jebakan yang dekat dengan batuan induk yang cukup tebal berpotensi besar untuk terisi dan menjadi tempat akumulasi hidrokarbon karena terhindar dari disrupsi dari sesar-sesar yang dapat meloloskan hidrokarbon ke permukaan. Hasil studi ini memungkinkan membantu dalam penentuan lokasi pengeboran sumur eksplorasi dimasa depan di Cekungan Lepas Pantai Sumatra Utara.