Dalam kegiatan peledakan, tidak semua energi yang dihasilkan digunakan untuk membentuk fragmentasi batuan. Sebagian energi diteruskan pada massa batuan dalam bentuk gelombang yang kemudian dikenal dengan gelombang seismik. Gelombang seismik yang muncul akibat peledakan dirasakan sebagai getaran tanah (ground vibration). Getaran ini dapat mengakibatkan deformasi pada batuan hingga menyebabkan ketidakstabilan pada lereng apabila melebihi batas tertentu. Jika getaran tanah yang dihasilkan dari kegiatan peledakan terlalu besar dan melewati batas kekuatan massa batuan untuk menahannya, maka akan mengakibatkan ketidakstabilan lereng. Analisis stabilitas lereng akibat peledakan berdasarkan prinsip pseudostatik dianggap terlalu konservatif karena lereng menerima beban seismik maksimum yang konstan sehingga percepatan konstan, tanpa mempertimbangkan durasi ledakan. Pada kenyataannya, percepatan berfluktuasi dengan waktu dan stabil. Salah satu metode untuk menganalisis kestabilan lereng batuan akibat peledakan adalah dengan melakukan simulasi dinamik menggunakan analisis perpindahan Newmark untuk mendapatkan Faktor Keamanan dinamik (FKdinamik) berdasarkan besarnya perpindahan kritis (ucrit) dan percepatan kritis (acrit). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lereng hipotetik dari berbagai kekuatan massa batuan yang ditentukan berdasarkan Rock Mass Rating (RMR). Studi kasus lereng batuan jalan raya yang digali dengan metode drill-and-blast juga dilakukan untuk memvalidasi hasil penelitian. Ditemukan batuan yang sangat baik (RMR Kelas I) memiliki FKdinamik = 11,7, ucrit = 6 mm, dan acrit = 0,061g sedangkan batuan yang sangat buruk (RMR Kelas V) memiliki FKdinamik = 1,7, ucrit = 16 mm, dan acrit = 0,035g. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa semakin kecil kekuatan massa batuan maka semakin kecil percepatan kritisnya dan semakin besar pula nilai perpindahan kritisnya. Studi ini memperkuat pentingnya perpindahan kritis dan percepatan kritis dalam menilai stabilitas dinamis lereng batuan akibat peledakan.