digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konsep sustainable dalam industri tekstil dan fesyen pada saat ini mengarahkan kembali pada tren penggunaan zat warna alami, hal ini untuk meningkatkan kesadaran pada industri tekstil dan fesyen yang mulai mencari cara untuk mengurangi masalah yang sedang terjadi dengan cara penggunaan alternatif zat warna yang lebih ramah lingkungan, dengan produksi yang tepat guna, efisien, tidak bersifat karsinogenik, dan tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, mikroalga adalah salah satu penghasil pigmen yang memiliki potensi besar untuk menjadi alternatif zat warna tekstil. Penelitian ini menggunakan dua jenis mikroalga yaitu Spirulina platensis dan Haematococcus pluvialis dengan larutan pengental guar gum dan alginat, serta menggunakan teknik shibori sebagai teknik pengaplikasian motif pada media tekstil (serat alam). Beberapa keuntungan dari proses pengolahan zat warna alami dari pigmen mikroalga yaitu produksi yang lebih murah, proses panen dan ekstraksi yang mudah, ketersediaan bahan baku yang dapat dibudidayakan, dan tidak perlu menunggu musim panen yang cukup lama seperti pada zat pewarna berbahan dasar tanaman lainnya. Spirulina menghasilkan pigmen hijau-biru (fikosianin), sedangkan Haematococcus menghasilkan pigmen jingga-merah (astaxanthin). Pengujian tahan luntur di Lab Balai Besar Tekstil dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan karakteristik pada kedua mikroalga. Dengan potensi yang begitu besar, pewarna dari mikroalga ini diharapkan dapat menjadi alternatif pewarna tekstil alami yang lebih sustainable.