digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA I K Dwika Paramananda
PUBLIC Resti Andriani

Batubara merupakan salah satu komoditas energi primer di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya aktivitas penambangan batubara, dampak lingkungan yang ditimbulkan akan semakin banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu dampak lingkungan dari aktivitas penambangan adalah munculnya air asam tambang dan danau bekas tambang, yang apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan bahaya yang mengancam masyarakat sekitar. Penelitian ini secara rinci bertujuan untuk mengembangkan model pengelolaan air asam tambang yang terpadu dan terintegrasi terhadap lahan bekas tambang, sehingga menghasilkan air keluaran sesuai baku mutu lingkungan yang berlaku. Sub-catchment area kritis yang akan dilakukan perbaikan ditentukan berdasarkan volume air limpasan permukaan yang memiliki beban pH tertentu. Berdasarkan hasil pemodelan kualitas air keluaran yang dilakukan, didapatkan pengelolaan air asam tambang dengan revegetasi dan penatagunaan lahan serta instalasi infrastruktur treatment yang dilakukan pada periode yang ditentukan akan menghasilkan peningkatan kualitas air keluaran dari ON2 Utara menuju Sungai Lati yang cukup signifikan. Penatagunaan lahan yang dilakukan berupa pembenahan in pit dump dan saluran penyaliran sehingga akan berdampak pada pengurangan debit limpasan puncak hingga di bawah 0,26 m3/detik, yang berimplikasi pada performa passive treatment yang akan dipasang. Dengan berkurangnya debit limpasan tersebut, pH air limpasan permukaan dapat meningkat hingga 6,8 dan mampu memperbaiki kualitas air pada danau bekas tambang ON2. Perbaikan kualitas air limpasan permukaan pada lahan terganggu membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai baku mutu lingkungan, khususnya parameter pH yaitu antara 20 – 25 tahun. Hal tersebut menyebabkan diperlukannya suatu infrastruktur pengelolaan air asam tambang akhir sebagai buffer treatment kualitas air keluaran menuju sungai Lati.