digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Indrajathie Aziz
PUBLIC Alice Diniarti

Masyarakat perlu memenuhi kebutuhannya untuk tetap hidup, jika kebutuhannya tidak terpenuhi di tempatnya berada, maka masyarakat perlu berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya di tempat yang lain, hal ini menyebabkan kemacetan di kota khususnya Kota Bandung, Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tarif angkot di Kota Bandung, mencari tingkat sensitivitas perubahan tarif terhadap probabilitas penggunaan moda dan mencari tarif ideal berdasarkan Ability To Pay & Willingness To Pay, Biaya Operasi Kendaraan dan Peraturan Dishub. Untuk analisa kemauan dan kemampuan konsumen dibagi menjadi dua kategori yaitu responden yang sehari – harinya menggunakan mobil dan yang menggunakan motor, untuk biaya operasi kendaraan hanya berdasarkan tiga trayek dari Kopamas. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa Ability To Pay responden yang memakai mobil lebih besar dari tarif yang berlaku di angkot yaitu sebesar Rp 7.498 per penumpang , sedangkan untuk responden yang memakai motor mempunyai nilai sebesar Rp 6.797 per penumpang, hal yang sama berlaku pada Willingness To Pay sebesar Rp 5.500 per penumpang untuk responden yang memakai mobil dan Rp 11.000 per penumpang untuk responden yang memakai motor, dari kedua moda tersebut moda motor memiliki sensitivitas yang paling tinggi karena memiliki nilai Willingness To Pay lebih besar daripada Willingness To Pay mobil. Sedangkan untuk biaya operasi kendaraan dari ketiga trayek angkot kopamas mempunyai Rp 1.712 per angkot – km , Rp 1.720 per angkot - km dan Rp 2.061 per angkot - km, untuk asumsi load factor 70% tarif yang keluar sebesar Rp 3.440 per penumpang, Rp 3.229 per penumpang dan Rp 4.174 per penumpang, sehingga dengan analisa pendapatan (fare box ratio) tarif yang Rp 4.174 memiliki tingkat keuntungan lebih besar dari tarif yang lainnya yaitu 1.03. Maka tarif existing yang berlaku yaitu sebesar Rp 4.000 per penumpang berada di bawah nilai biaya operasi kendaraan sebesar sehingga tidak mempunyai keuntungan, sehingga perlu tarif ideal sebesar Rp 5.000 per penumpang yang nilainya berada diatas nilai biaya operasi kendaraan yaitu sebesar Rp 4.174 per penumpang. Sehingga Rp 5.000 per penumpang bisa dianggap tarif ideal karena selain berada di nilai BOK, dan tidak melebihi ATP & WTP