digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Delfira
PUBLIC Alice Diniarti

Pada tanggal 4 Desember 2021 pukul 14.50 WIB terjadi erupsi Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur. Erupsi gunung berapi dapat menghasilkan abu vulkanik dan sulfur dioksida (SO2) yang akan dipancarkan ke atmosfer. Saat terjadinya erupsi gunung berapi maka abu vulkanik yang dihasilkan akan mencapai suatu ketinggian tertentu yang disebut dengan ketinggian injeksi. Penting untuk mengetahui ketinggian injeksi abu vulkanik karena akan mempengaruhi sebaran abu vulkanik yang dipancarkan ke atmosfer. Penelitian ini menggunakan model prediksi cuaca numerik yang digabungkan dengan parameter kimia yaitu Model Weather Research Forecasting-Chemistry (WRF-Chem). Model ini memungkinkan simulasi emisi, transportasi, dan pengendapan aerosol yang dihasilkan selama aktivitas gunung berapi. Data inisial dan boundary yang digunakan pada penelitian ini yaitu Global Forecast System (GFS) untuk model atmosfer global dan data massa erupsi Gunung Semeru yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan metode Mastin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya ketinggian injeksi, maka sebaran abu vulkanik yang dihasilkan semakin luas, kecepatan sebaran abu vulkanik semakin tinggi, dan konsentrasi abu vulkanik semakin besar. Ketinggian injeksi 12.192 m memiliki sebaran abu vulkanik yang mendekati VAAC Darwin dengan arah persebaran ke barat daya dari Gunung Semeru. Akibatnya, perlu mendefinisikan ketinggian injeksi dengan baik supaya simulasi yang dihasilkan lebih akurat. Selain itu, Model WRF-Chem dapat memberikan manfaat dalam dunia penerbangan karena mampu memprediksi arah dan sebaran dari letusan gunung berapi sehingga akan mengurangi risiko kerugian dari erupsi vulkanik.