Produksi minyak Indonesia yang menurun dan tren kebutuhan minyak yang semakin
tinggi berimbas pada peningkatan impor minyak mentah, sehingga akan berpengaruh pada
ekonomi nasional. Masalah lain adalah penggunaan avtur untuk bahan bakar pesawat terbang
akan meningkatkan efek pemanasan global. Beruntungnya, Indonesia merupakan exportir
CPO dengan sumber daya kelapa sawit terbesar di dunia. Dengan demikian, salah satu solusi
alternatif adalah produksi bioavtur dengan bahan baku minyak kelapa sawit dan dicampurkan
dengan avtur Jet A-1 yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang. PT.
Pertamina dan tim Katalis ITB berhasil memproduksi bioavtur J2.4 (campuran 2.4% bahan
bakar nabati dan 97.6% avtur Jet A-1) dengan metode co-processing dan akan diuji pada uji
terbang menggunakan pesawat CN235-220 FTB milik PT. Dirgantara Indonesia.
Pengujian terbagi dalam 2 fase, yaitu fase 1 menggunakan avtur Jet A-1 pada mesin
kanan dan kiri dan fase 2 yang menggunakan bioavtur J2.4 hanya pada mesin kanan. Tahapan
penelitian ini terdiri dari ground test atau pesawat dioperasikan hanya pada permukaan tanah,
dan uji terbang saat pesawat diuji pada ketinggian 10.000 ft dan 16.000 ft. Parameter prestasi
yang diuji adalah torsi (TQ), Interstage Turbine Temperature (ITT), kecepatan propeler (NP),
kecepatan putar generator gas (NG), laju aliran bahan bakar (FF), dan konsumsi bahan bakar
spesifik (SFC).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
penggunaan avtur Jet A-1 dan bioavtur J2.4 berdasarkan sifat bahan bakar, data pengujian
dan komentar pilot penguji. Parameter prestasi yang telah diukur memiliki perbedaan nilai
rata-rata dibawah 1%. Berdasarkan hasil tersebut bioavtur J2.4 diharapkan dapat
menggantikan penggunaan avtur Jet A-1 di masa depan untuk energi yang lebih bersih.