digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam beberapa tahun terakhir, Non-Fungible Token (NFT), produk turunan dari teknologi blockchain, telah mencuri berita utama di seluruh dunia dengan angka penjualan yang fantastis dan diiringi dengan pembeli-pembeli dari selebriti terkemuka. NFT berdasar pada teknologi blockchain, sebuah sistem pencatatan informasi yang membuat hampir tidak mungkin untuk mengubah, meretas, atau menipu sistem tersebut. Melalui NFT, sekarang kita dapat memiliki kepemilikan atas aset digital dan memungkinkan aset digital ada dalam kondisi yang langka/terbatas dalam bentuk gambar, video, suara, dan teks. Selain itu, teknologi NFT juga memungkinkan memungkinkan pembuat atau kreator untuk mendapatkan royalti berkelanjutan dan memastikan keaslian aset tersebut dengan mudah. Pada saat yang sama, fashion, industri triliunan dolar yang telah melalui transformasi digital yang cepat akibat Covid-19, mencari cara baru untuk relevan dengan generasi muda. Menghadapi tren aset digital, para pelaku industri di seluruh dunia mencoba untuk bergerak dan mencari tahu bagaimana mereka dapat memanfaatkan teknologi ini untuk mengembangkan produk mereka. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu pasar paling potensial untuk fashion NFT. Maka dari itu, tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui prospek minat konsumen terhadap fashion NFT di Indonesia. Dua hipotesis yang diajukan adalah bahwa konsumen Indonesia berpotensi tertarik pada produk fashion NFT dan memasangkan aset digital berupa NFT dengan produk nyata akan meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli produk fashion NFT. Penelitian ini divalidasi melalui studi kuantitatif kuesioner serta studi kualitatif dari wawancara dan studi kasus. Selain itu, sumber sekunder ditambahkan untuk mendapatkan wawasan tentang topik tersebut. Bergantung pada hasil yang dianalisis, wajar untuk menyimpulkan bahwa konsumen Indonesia tertarik untuk mengeksplorasi produk fashion NFT. Grup yang paling mungkin menjadi pasar fashion NFT adalah mereka yang memiliki pengetahuan sebelumnya tentang blockchain, cryptocurrency, atau NFT dan didominasi oleh orang dewasa berusia dua puluhan. Beberapa faktor yang mendorong mereka untuk membeli aset blockchain adalah uang dari perdagangan, jaminan keaslian, seni, status sosial yang akan mereka dapatkan, dan ketakutan mereka akan ketinggalan. Di sisi lain, beberapa tantangan yang menghalangi mereka untuk terjun ke aset digital adalah kurangnya regulasi pemerintah, aset berisiko tinggi, kurangnya rekam jejak, ketakutan akan penipuan, dan kurangnya waktu untuk mempelajari aset itu sendiri. Menjawab hipotesis kedua, kuesioner dan studi kasus dari RTFKT, Gucci, dan Dolce & Gabbana dapat mencerminkan hasil positif dari pasangan aset digital berupa NFT dengan produk berwujud. Pada akhirnya, penulis setuju bahwa ada tantangan besar yang muncul di tahap awal teknologi ini, tetapi prospek penggunaan teknologi blockchain dan NFT di masa depan adalah positif. Peneliti merekomendasikan perusahaan fashion untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi blockchain dan NFT dapat meningkatkan bisnis mereka dengan lebih baik. Ada minat yang cukup besar di masyarakat, tetapi perusahaan harus terlebih dahulu mendidik pasar tentang cara kerja teknologi (blockchain, cryptocurrency, dan NFT), membuat pelanggan memahami potensi, risiko & manfaatnya, dan cara kerjanya untuk memaksimalkan potensi. Target pasar yang bagus untuk fashion NFT adalah orang dewasa berusia dua puluhan yang lebih akrab dengan teknologi, lebih cenderung mengambil risiko di pasar yang bergejolak, sebagian besar menghasilkan pendapatan sendiri, dan mendambakan sesuatu yang baru.