COVER Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
DAFTAR Abiyyu Muhammad Irfan
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Rina Kania
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Perancangan sistem tata udara pada bangunan mal harus mempertimbangkan pilihan perancangan sistem tata udara yang memiliki konsumsi energi yang efisien dalam rangka konservasi energi. Konsumsi energi untuk sistem tata udara bangunan mal membutuhkan porsi energi sebesar 62,9% dari kebutuhan konsumsi energi listrik seluruh bangunan. Pada perancangan sistem tata udara pada bangunan Mal X di Kota Semarang, dilakukan perbandingan antara rancangan sistem chiller debit konstan dengan rancangan sistem chiller debit berubah dengan kombinasi thermal energy storage (TES) dalam aspek konsumsi energi listrik dan efisiensi energi sistem tata udara, yang mana sistem chiller debit berubah dengan kombinasi TES memiliki potensi penghematan konsumsi energi listrik dan efisiensi energi yang lebih baik. Bangunan Mal X memiliki beban pendinginan maksimum sebesar 5.024,2 kW menurut perhitungan perangkat lunak Trace 700, sehingga dipilih penggunaan empat buah chiller dengan masing-masing kapasitas sebesar 1.303,7 kW (370 TR). Besar energi pendinginan bangunan Mal X yang adalah total dari beban pendinginan selama satu tahun adalah 18.344.812 kWh/tahun, energi ini seluruhnya dibebankan ke chiller pada sistem chiller debit konstan, sedangkan pada sistem chiller debit berubah dengan kombinasi TES, energi pendinginan dibebankan sebesar 69,19% ke chiller debit berubah dan 30,81% ke tangki TES yang berisi air sejuk (chilled water). Pada sistem chiller debit konstan, chiller beroperasi sesuai waktu operasional Mal X pada pukul 09.00 s.d. 22.00, sedangkan pada sistem chiller debit berubah kombinasi dengan TES, chiller dioperasikan menjadi dua fungsi, yakni chiller beroperasi untuk mengisi TES dengan air sejuk selama enam jam sampai pukul 09.00, kemudian dilanjutkan dengan pengoperasian pada waktu operasional Mal X pada lewat waktu beban puncak (LWBP) pukul 09.00 s.d. 17.00, selanjutnya TES yang berisi air sejuk digunakan pada waktu beban puncak (WBP) pada pukul 18.00 s.d. 22.00, dengan kalor yang masuk ke dalam tangki TES selama sembilan jam penyimpanan adalah 3,97% dari energi TES. Konsumsi energi listrik dari perancangan sistem chiller debit konstan sebesar 4.934.238 kWh per tahun, sedangkan konsumsi energi listrik dari perancangan sistem chiller debit berubah dengan kombinasi TES adalah 4.144.172 kWh per tahun. Intensitas konsumsi energi (IKE) untuk kedua sistem adalah 168 kWh/m2.tahun dan 141 kWh/m2.tahun secara berturut-turut, dengan standar maksimum sebesar 180 kWh/m2.tahun. Biaya energi listrik untuk sistem chiller debit konstan adalah Rp5.741.312.831,00/tahun, sedangkan biaya untuk sistem chiller debit berubah dengan kombinasi TES adalah Rp4.404.186.567,00/tahun, yang berarti ada penghematan biaya operasional sebanyak 23,30%. Berdasarkan hal yang tersebut, maka sistem tata udara dengan sistem chiller debit berubah dengan kombinasi TES memiliki potensi konsumsi energi dan biaya energi listrik yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem chiller debit konstan, dengan efisiensi energi yang lebih tinggi.