digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Wienty Triyuly
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Pembangunan permukiman horizontal di perkotaan membutuhkan lahan luas sehingga terjadi perubahan pada Land Use Land Cover (LULC). Perubahan LULC mempengaruhi kualitas lingkungan termal karena perubahan sifat material, geometri perkotaan dan tata letak. Penelitian ini membahas perilaku termal kawasan permukiman lahan basah daerah tropis ekuatorial yaitu kawasan permukiman OPI Jakabaring dan kawasan permukiman Ario Kemuning-Talang Aman Kota Palembang yang memiliki potensi badan air sebagai sistem drainase kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keseimbangan sistem pengelolaan air permukaan dan pengelolaan lingkungan termal kawasan. Penelitian ini mengkaji pengaruh karakteristik lingkungan fisik terhadap lingkungan termal, mencakup karakteristik material hard cover (bangunan gedung dan perkerasan) dan material soft cover (vegetasi, tanah dan badan air). Pemetaan termal dilakukan selama 3x24 jam dengan interval data setiap jam pada 32 titik ukur permukiman OPI Jakabaring dan 28 titik ukur permukiman Ario Kemuning-Talang Aman, dengan luas radius 100 meter. Pemetaan termal menunjukkan nilai temperatur udara (°C), nilai temperatur bola hitam (°C), nilai kelembapan udara (%), nilai kecepatan angin (m/det), serta nilai tutupan dan ketebalan awan yang dihitung secara kualitatif dari luas tutupan (%). Karakterisasi fisik lingkungan dilakukan menggunakan foto udara dari ketinggian 150 meter sehingga menunjukkan perbandingan rasio luasan bangunan gedung (%), rasio perkerasan (%), rasio vegetasi pohon (%) , rasio vegetasi semak-rumput (%), rasio tanah (%), rasio badan air (%). Analisis kluster dilakukan untuk mengkategorisasi karakteristik fisik dan lingkungan termal kawasan sedangkan analisis korelasi dan analisis spasial dilakukan untuk mendapatkan hubungan lingkungan fisik dan lingkungan termal dengan menggunakan software ArcGis dan JMP. Keseluruhan hasil analisis kawasan permukiman kemudian dibandingkan menggunakan faktor pengikat waktu dan cuaca serta arah pergerakan angin dominan Kota Palembang. Hasil penelitian menunjukkan perubahan lingkungan termal tergantung dengan waktu dalam hubungannya dengan radiasi sinar matahari, tutupan awan dan pergerakan angin. Perubahan lingkungan termal ini dipengaruhi oleh material tutupan lahan dominan (bangunan gedung, perkerasan, pohon, semak-rumput, tanah dan badan air), kepadatanvariasi bangunan (KDB, KLB, volume dan jumlah bangunan, Rg-indeks) serta lay-out kawasan dan massa bangunan (bentuk dan letak ruang terbuka, massa bangunan dan jaringan jalan). Perubahan lingkungan termal ini membentuk perbedaan temperatur udara kawasan badan air dengan kawasan sekitarnya 5,3-5,5?. Badan air memberikan efek pendinginan dan pemanasan melalui pergerakan angin sehingga badan air ini memiliki potensi untuk mengendalikan lingkungan termal. Kapasitas spesifik kalor dan keterbukaan badan air mempengaruhi proses penyerapan dan pelepasan kalor serta proses evaporasi badan air. Pengaruh badan air ini tergantung pada kepadatan massa bangunan, keterbukaan, dan kekasaran yang mempengaruhi pergerakan angin. Kebijakan pembangunan kawasan permukiman lahan basah harus mempertimbangkan material tutupan lahan, lay-out kawasan, dan massa bangunan serta potensi badan air sehingga tercapai sinergitas pembangunan lingkungan fisik kawasan dengan lingkungan termal kawasan permukiman lahan basah