Pembangunan permukiman horizontal di perkotaan membutuhkan lahan luas sehingga
terjadi perubahan pada Land Use Land Cover (LULC). Perubahan LULC mempengaruhi
kualitas lingkungan termal karena perubahan sifat material, geometri perkotaan dan tata
letak. Penelitian ini membahas perilaku termal kawasan permukiman lahan basah daerah
tropis ekuatorial yaitu kawasan permukiman OPI Jakabaring dan kawasan permukiman
Ario Kemuning-Talang Aman Kota Palembang yang memiliki potensi badan air sebagai
sistem drainase kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keseimbangan sistem
pengelolaan air permukaan dan pengelolaan lingkungan termal kawasan.
Penelitian ini mengkaji pengaruh karakteristik lingkungan fisik terhadap lingkungan
termal, mencakup karakteristik material hard cover (bangunan gedung dan perkerasan)
dan material soft cover (vegetasi, tanah dan badan air). Pemetaan termal dilakukan selama
3x24 jam dengan interval data setiap jam pada 32 titik ukur permukiman OPI Jakabaring
dan 28 titik ukur permukiman Ario Kemuning-Talang Aman, dengan luas radius 100
meter. Pemetaan termal menunjukkan nilai temperatur udara (°C), nilai temperatur bola
hitam (°C), nilai kelembapan udara (%), nilai kecepatan angin (m/det), serta nilai tutupan
dan ketebalan awan yang dihitung secara kualitatif dari luas tutupan (%). Karakterisasi
fisik lingkungan dilakukan menggunakan foto udara dari ketinggian 150 meter sehingga
menunjukkan perbandingan rasio luasan bangunan gedung (%), rasio perkerasan (%),
rasio vegetasi pohon (%) , rasio vegetasi semak-rumput (%), rasio tanah (%), rasio badan
air (%). Analisis kluster dilakukan untuk mengkategorisasi karakteristik fisik dan
lingkungan termal kawasan sedangkan analisis korelasi dan analisis spasial dilakukan
untuk mendapatkan hubungan lingkungan fisik dan lingkungan termal dengan
menggunakan software ArcGis dan JMP. Keseluruhan hasil analisis kawasan
permukiman kemudian dibandingkan menggunakan faktor pengikat waktu dan cuaca
serta arah pergerakan angin dominan Kota Palembang.
Hasil penelitian menunjukkan perubahan lingkungan termal tergantung dengan waktu
dalam hubungannya dengan radiasi sinar matahari, tutupan awan dan pergerakan angin.
Perubahan lingkungan termal ini dipengaruhi oleh material tutupan lahan dominan
(bangunan gedung, perkerasan, pohon, semak-rumput, tanah dan badan air), kepadatanvariasi bangunan (KDB, KLB, volume dan jumlah bangunan, Rg-indeks) serta lay-out
kawasan dan massa bangunan (bentuk dan letak ruang terbuka, massa bangunan dan
jaringan jalan). Perubahan lingkungan termal ini membentuk perbedaan temperatur udara
kawasan badan air dengan kawasan sekitarnya 5,3-5,5?. Badan air memberikan efek
pendinginan dan pemanasan melalui pergerakan angin sehingga badan air ini memiliki
potensi untuk mengendalikan lingkungan termal. Kapasitas spesifik kalor dan
keterbukaan badan air mempengaruhi proses penyerapan dan pelepasan kalor serta proses
evaporasi badan air. Pengaruh badan air ini tergantung pada kepadatan massa bangunan,
keterbukaan, dan kekasaran yang mempengaruhi pergerakan angin. Kebijakan
pembangunan kawasan permukiman lahan basah harus mempertimbangkan material
tutupan lahan, lay-out kawasan, dan massa bangunan serta potensi badan air sehingga
tercapai sinergitas pembangunan lingkungan fisik kawasan dengan lingkungan termal
kawasan permukiman lahan basah