Pengolahan data pumping test seringkali dilakukan dengan menggunakan curve fitting, berupa pencocokan kurva observasi dengan kurva model teoritik. Karena dilakukan secara manual, ketelitian metode ini sangat rawan terhadap kesalahan. Untuk mengurangi kesalahan tersebut pencocokan secara digital dapat dijadikan alternatif, padamana dilakukan minimalisasi perbedaan antara kurva observasi dan kurva digital (model). Dengan cara ini, komputer akan membangkitkan setiap nilai parameter hidraulik yang mungkin menjadi solusi terbaik, sehingga dihasilkan kurva digital terkait yang kemudian dicocokan dengan kurva observasi. Dengan cara ini, estimasi nilai transmisivitas dan storativitas dapat dipandang sebagai suatu permasalahan optimasi yang dilakukan dengan menggunakan algoritma genetika. Dengan menggunakan algoritma genetika, diperoleh nilai transmisivitas dan storativitas pada suatu sumur uji di Jakarta masing-masing sebesar 3.922 x 10-3 m2/menit dan 6.941 x 10-5. Terdapat perbedaan antara hasil metode algoritma genetika dengan metode konvensional, yang disebabkan perbedaan akurasi curve fitting. Metode algoritma genetika memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan metode konvensional, terbukti dengan nilai least square error algoritma genetika yang jauh lebih rendah.