Penambahan karbon organik dalam medium kultur berperan penting untuk
meningkatkan produktivitas biomassa dan kadar lipid sel Chlorella vulgaris pada kondisi
pertumbuhan miksotrof. Konsekuensinya akan terjadi peningkatan biaya medium kultur untuk
memenuhi kebutuhan sumber karbon organik seperti glukosa atau asam asetat yang umumnya
digunakan. Untuk itu, substitusi molase sebagai sumber karbon organik potensial yang murah,
mudah diperoleh dan tersedia sepanjang tahun namun efektif meningkatkan produksi
biomassa. Selain itu, manipulasi faktor eksternal dapat memengaruhi pertumbuhan sel dan
akumulasi biomassa. Pemberian cekaman limitasi nutrien seperti deprivasi sulfur akan
mendorong peningkatan akumulasi lipid. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan bertujuan
menentukan konsentrasi molase terbaik sebagai sumber karbon organik pada kultivasi
miksotrof C. vulgaris terhadap produksi biomassa, laju pertumbuhan, dinamika pH selama
pertumbuhan dan komposisi biokimia biomassa.
Pada penelitian ini dilakukan optimasi pertumbuhan C. vulgaris dengan penambahan molase
dengan konsentrasi rendah 500, 1000, 1500 dan 2000 ppm dan sumber karbon anorganik
berupa NaHCO3 1000 ppm. 10% inokulum ditumbuhkan dalam medium Bold’s Basal tanpa
sulfur dan standar sebagai kontrol selama 14 hari pada suhu ruang (26±0,5 oC), pH awal 6,9,
intensitas cahaya putih 1500 lux, fotoperiode 12:12 dan agitasi 150 rpm. Pengamatan terhadap
jumlah biomassa, laju pertumbuhan, perubahan pH, kadar klorofil, lipid dan protein dilakukan
berdasarkan variasi konsentrasi molase. Analisis biomassa dilakukan dengan metode
spektrofotometri dengan mengukur absorbansi sampel pada ? = 680 nm dan penentuan
kepadatan sel dengan haemositometer. Analisis kadar klorofil dilakukan dengan metode
Parsons and Strickand (1973), lipid dengan metode Bligh and Dyer (1965) dan protein dengan
metode Bradford (1976).
Profil pertumbuhan C. vulgaris menunjukkan kepadatan sel dan laju pertumbuhan spesifik
lebih tinggi pada kondisi miksotrof dibandingkan autotrof dengan medium Bold’s Basal
standar sebagai kontrolnya. Berdasarkan hasil tersebut, umur inokulum terbaik C. vulgaris
adalah 5,5 hari dengan laju pertumbuhan 0,430±0,111 hari-1. Optimasi konsentrasi molase
dengan rasio Canorganik : Corganik = 1:1 (1000 ppm), 1:1,5 (1500 ppm), dan 1:2 (2000 ppm) mampu
meningkatkan produksi biomassa (p<0,05) pada kondisi miksotrof. Laju pertumbuhan spesifik
tertinggi 0,504±0,010 hari-1 dengan waktu penggandaan 1,38±0,01 hari diperoleh pada
perlakuan molase 1000 ppm. Penambahan molase 2000 ppm yang dikombinasi dengan
NaHCO31000 ppm menghasilkan kepadatan sel tertinggi 8,43 x 107 sel/ml dan berat kering 1,888±0,049 g/l (p<0,05). Penambahan molase juga meningkatkan kadar lipid (p<0,05) pada
kultivasi miksotrof namun kadar klorofil dan protein masih lebih rendah dibandingkan autotrof.
Kadar klorofil a, lipid dan protein tertinggi C. vulgaris diperoleh pada perlakuan penambahan
molase 2000 ppm secara berturut-turut yaitu 3,18±0,01 mg/l, 27,3±0,4% dan 37,3±0,9%.
Selain itu, optimasi konsentrasi molase sebagai sumber karbon organik menunjukkan fluktuasi
pH medium selama periode pertumbuhan miksotrof. Pertumbuhan C. vulgaris optimum pada
kisaran pH 6,8-8,3 pada kondisi pertumbuhan miksotrof. Komposisi medium pertumbuhan dan
penggunaan jenis sumber karbon yang tersedia memengaruhi perubahan pH medium selama
kultivasi. Dengan demikian, molase dapat digunakan sebagai sumber karbon alternatif untuk
kultivasi miksotrof dalam skala laboratorium.