Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki sejarah perkembangan lahan dan kerawanan
banjir yang tinggi. Penelitian ini membahas tentang Manajemen Risiko Banjir (FRM) dan
hubungannya dengan perencanaan penyediaan ruang terbuka hijau dalam mendukung
ketahanan banjir di Jakarta. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap analisis. Tahap pertama adalah
mengidentifikasi bagaimana strategi FRM disusun dengan menganalisis secara komparatif
dokumen pemerintahan Jakarta menggunakan kerangka Socio-Ecological-Technology System
(SETS) yang terintegrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FRM dalam dokumen
pemerintahan Jakarta tidak hanya memprioritaskan pembangunan infrastruktur keras seperti
tanggul dan kanal untuk mengurangi risiko banjir, tetapi juga mengusulkan elemen sosialekologis dalam SETS, termasuk partisipasi dan kolaborasi publik, konservasi dataran banjir,
sebagai respon untuk membuat kota lebih tangguh atau transformatif untuk mengantisipasi
banjir di masa depan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi keterpaduan perencanaan
penyediaan RTH dalam mendukung ketahanan banjir berdasarkan analisis SETS FRM
sebelumnya. Temuan ini mengakui integrasi antara perencanaan ruang hijau dan FRM dalam
dokumen pemerintahan Jakarta, yang ditunjukkan oleh 41% dari strategi FRM termasuk
tindakan penyediaan ruang hijau. Penataan ruang terbuka hijau termasuk dalam strategi sosioekologis, bahkan teknologi dengan tingkat fungsi untuk mendukung ketahanan banjir di Jakarta.
Tahap ketiga, evaluasi RTH untuk implementasi ketahanan banjir berdasarkan review rata-rata
dari 13 persepsi pemangku kepentingan DKI Jakarta terhadap aspek jasa ekosistem dan tata
kelola RTH. Beberapa tantangan yang teridentifikasi terkait dengan kurangnya regulasi teknis,
dan transparansi. Studi ini diakhiri dengan rekomendasi untuk meningkatkan peran
infrastruktur hijau sebagai alternatif untuk meningkatkan ketahanan banjir perkotaan.