Pesawat Hercules C-130 merupakan salah satu pesawat terbang multifungsi yang banyak digunakan di seluruh dunia dalam misi – misi penting seperti pengiriman pasukan militer, pengiriman relawan, pengiriman logistik, hingga misi pemadaman kebakaran. Pengoperasian pesawat terbang dengan intensitas yang tinggi dan dengan misi yang bervariasi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya modus kegagalan fatigue yang dialami oleh struktur pesawat. Modus kegagalan ini muncul disebabkan oleh adanya beban siklik yang terjadi berulang. Beban inilah yang nantinya akan menyebabkan muncul dan merambatnya retak pada struktur hingga akhirnya struktur tersebut mengalami kegagalan. Bagian kritis pada pesawat yang sering mengalami modus kegagalan fatigue adalah pada bagian lower wing. Salah satu contoh kejadian fatal yang diakibatkan modus kegagalan ini yaitu peristiwa patahnya bagian wing dari pesawat Hercules C-130 pada tahun 2002 yang saat itu difungsikan sebagai pemadam kebakaran di California, Amerika Serikat. Kegagalan patah ini muncul karena terdapat retak memanjang pada lower wing-center wingbox yang menyebabkan struktur tidak mampu lagi menahan beban aerodinamikanya.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis perambatan retak struktur dengan dasar teori mekanika retakan material pada struktur lower wing skin - center wingbox pesawat Hercules C-130. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya komponen stiffener pada pola retakan yang terjadi pada skin. Penelitian ini nantinya akan dibagi menjadi lima tahapan besar yaitu pendefinisian data dan kasus, analisis statik model master lower wing skin dengan menggunakan perangkat lunak ABAQUS, pemodelan dan analisis retak pada submodel stiffened panel dengan menggunakan perangkat lunak ABAQUS, serta pembuatan spektrum tegangan dan perhitungan perambatan retak dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB. Hasil dari proses perhitungan dan analisis perambatan retak ini nantinya akan didapatkan perbandingan pengaruh adanya komponen stiffener pada struktur lower wing skin yang dibandingkan dengan kondisi retak pada skin tanpa stiffener dalam hal kecepatan dan pola perambatan retak.