Land subsidence merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan pada
suatu datum tertentu. Land subsidence dapat terjadi pada daerah yang tersusun atas deposit
tanah lunak, deposit tanah lunak ini tidak terkonsolidasi serta memiliki porositas dan
kompresibilitas awal yang tinggi, sehingga sangat rentan terhadap penurunan yang disebabkan
oleh penurunan alami atau aktivitas antropogenik. Penurunan alami terjadi akibat konsolidasi
alamiah dari lapisan-lapisan tanah dan penurunan karena aktivitas tektonik dan vulkanik.
Sementara, penurunan antropogenik terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan,
penambangan minyak dan gas bumi, serta efek pembebanan infrastruktur di atas tanah. Di sisi
lain, penurunan akibat aktivitas antropogenik lebih cepat dari penurunan alami. Di Jawa,
deposit tanah lunak terdapat di pantai utara, bagian tengah pantai selatan, dan beberapa lokasi
di dalam pulau. Bagian pulau yang tersisa tersusun dari batuan vulkanik dan metamorf.
Endapan ini relatif tidak dapat dimampatkan karena matriksnya yang kaku sehingga kecil
kemungkinannya untuk mengalami penurunan. Land subsidence ditenggarai telah
menyebabkan kerugian yang besar, oleh sebab itu perlu dilakukan pemodelan potensi land
subsidence. Pemodelan dilakukan dengan analisis spasial terhadap faktor penyebab land
subsidence. Dari hasil pemodelan dapat diketahui wilayah yang berpotensi besar mengalami
land subsidence, sehingga dapat ditetapkan tindakan preventif untuk menanggulangi fenomena
tersebut. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan uji kualitas model potensi dengan
melakukan perbandingan secara visual menggunakan data pengamatan land subsidence dari
teknologi GNSS dan InSAR dari hasil penelitian sebelumnya.