digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1996 TS PP SUDARJANTO 1.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

AbstrakSeiring pesatnya pembangunan dan perkembangan ekonomi yang dicapai bangsa Indonesia, peran transportasi udara semakin dibutuhkan, karena beberapa keunggulan yang dimiliki, diantaranya kecepatan, kemampuannya untuk mencapai lokasi yang memiliki nilai strategis dan bernilai ekonomi tinggi dalam tempo yang relatif singkat, kesanggupannya untuk melintasi darat dan laut tanpa kesulitan yang berarti. Apalagi sejak diperkenankannya fihak swasta untuk mengoperasikan pesawat udara bermesin jet, persaingan diantara penyedia jasa angkutan udara berjadwal semakin seru. Perusahaan penerbangan harus mampu mendayagunakan armada pesawat udara yang dioperasikan sedemikian rupa, sehingga jadwal tugas untuk setiap pesawat udara mampu memenuhi permintaan efektif pada setiap rute penerbangan yang dilayani, tetapi secara keseluruhan dapat menekan biaya operasi penerbangan seminimum mungkin.Pesawat udara yang dioperasikan lebih dari satu jenis dengan karakteristik teknik dan ekonomi yang berlainan, sehingga dalam menempuh ride penerbangan yang sama akan menimbulkan biaya operasi yang berbeda-beds Demikian pula jumlah ride penerbangan yang harus dilayani banyak, dimana besarnya permintaan penumpang dan jarak yang harus ditempuh untuk setiap rote penerbangan adalah tidak sama.Dengan melihat kepada permasalahan yang ada maka. langkah pertama. yang harus dilakukan adalah memperkirakan jumlah penumpang yang hams dilayani dengan jalan melakukan peramalan permintaan penumpang menggunakan regresi berganda dengan memasukkan variabel populasi, PDRB dan pendapatan rata rata masyarakat dari sudut sosioekonomi dan variabel tarif angkutan, selisih waktu tempuh dan jumlah tempat duduk tersedia oleh fihak pesaing dari sudut tingkat pelayanan (level of service). Karena tarif angkutan dilarang dijadikan ajang persaingan memperebutkan calan penumpang dan pesawat udara yang digunakan oleh semua perusahaan penerbangan berjadwal pada rute penerbangan yang diteliti sama-sama bermesin jet, sehingga selisih wakiu tempuhnya sangat kecil dan dapat diabaikan. Langkah berikutnya adalah melakukan analisis ride penerbangan, dimana kriteria yang digunakan adalah biaya operasi penerbangan (dari metode ATA-67) yang minimum dan mampu memenuhi permintaan efektif pacja setiap ride yang dilayani berdasarkan hasil peramalan permintaan penumpang, sehingga diperoleh altematif pilihan jenis pesawat udara (block time, block fuel, payload dan biaya operasi). Setelah itu dilakukan optimasi nrte penerbangan dengan mempertimbangkan kemampuan setiap Bandar Udara yang disinggahi menggunakan Programa Integer dengan kaidah batas terbaik (best bound rule) dalam upaya mendapatkan frekuensi penerbangan dan jenis pesawat udara yang melayani pada setiap rite penerbangan, sehingga secara keseluruhan biaya operasi penerbangan yang harus dikeluarkan perusahaan penerbangan menjadi minimum.Berdasarkan optimasi rute penerbangan tadi, disusun jadwal penerbangan untuk seluruh ride penerbangan yang diteliti, dimana jadwal tugas untuk masingmasing pesawat udara disusun berdasarkan metode LPT (Longest Processing Time)yang menghendaki adanya penyeimbangan beban tugas, efisiensi yang lebih baik, mengurangi waktu menganggur diantara pesawat udara yang diteliti.Hasa yang diperoleh dari penjadwalan ini adalah biaya operasi penerbangan pada tahun 2000 sebesar S. 1.103.292,72 untuk setiap minggu, faktor muat rata-rata sebesar 63,37 % per minggu, dan utilitas pesawat udara rata rata 7,06 jam per hari. Dalam keadaan aktual hasil yang diperoleh adalah biaya operasi penerbangan sebesar S. 1.800.482,49 untuk setiap minggu, dengan faktor muat rata-rata sebesar 39,56 % per minggu, dan utilitas pesawat udara rata-rata sebesar 10,65 jam per minggu dengan rincian untuk F-28 sebesar 5,28 jam per hari dan B-737 sebesar 11,99 jam per hari.Dengan membandin,gkan hasil penjadwalan dengan keadaan aktual untuk tahun 2000 maka diperoleh penghematan biaya operasi penerbangan sebesar S. 697.189,77 untuk setiap minggu, peningkatan faktor muat rata-rata, pengurangan waktu menganggur, utilitas pesawat udara yang lebih seragam diantara pesawat udara yang digunakan, yakni 6,74 jam per hari untuk pesawat udara F-28 dan 7,14 jam per hari untuk pesawat udara B-737. Dengan demikian maksud dari penjadwalan dengan cara ini sebagaimana tetah disebutkan diatas telah tercapai.