Glaukoma merupakan penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intraokular. Tekanan ini menyebabkan rusaknya saraf optik sehingga
terjadi penurunan kemampuan penglihatan atau bahkan kebutaan. Di Indonesia,
sebagian besar penderita glaukoma baru berkunjung ke rumah sakit untuk
mengobati penyakitnya ketika mereka telah mencapai tahap lanjut yaitu pada saat
penglihatan mereka sudah sangat berkurang. Oleh karena itu, glaukoma harus
dideteksi sedini mungkin agar pasien mendapatkan penanganan dini. Deteksi
dengan bantuan komputer akan sangat membantu proses deteksi glaukoma. Dengan
memasukan citra fundus pasien ke dalam sistem deteksi otomatis, glaukoma dapat
dideteksi dalam hitungan detik. Saat ini, terdapat banyak pengembangan metode
deteksi glaukoma otomatis yang telah dilakukan dengan berbagai jenis pendekatan.
Salah satunya adalah pendekatan kuantifikasi karakteristik optic disc dan optic cup
seperti cup to disc ratio. Dalam pendekatan ini, segmentasi optic disc dan cup
memegang peranan penting dalam akurasi deteksi glaukoma. Dalam penelitian ini,
telah dikembangkan metode deteksi glaukoma berdasarkan kuantifikasi
karakteristik optic disc dan optic cup. Selain itu, telah diteliti lebih lanjut mengenai
fitur dan metode klasifikasi yang efektif dalam mendeteksi glaukoma pada citra
retina. Pada dataset Drishti-GS dan Refuge, metode yang dirancang menghasilkan
kinerja lokalisasi dengan proporsi optic disc 99,99 ± 0,12%. Segmentasi optic disc
mencapai fscore sebesar 0,957 ± 0,023 pada data Drishti-GS dan fscore 0,929 ±
0,060 pada data Refuge. Segmentasi optic cup mencapai fscore sebesar 0,968 ±
0,019 pada dataset Drishti-GS dan fscore sebesar 0,913 ± 0,053 pada dataset
Refuge. Kemudian akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas klasifikasi glaukoma
sebesar 0,760, 0,781, dan 0,722 pada dataset Drishti-GS. Lalu akurasi, sensitivitas,
dan spesifisitas klasifikasi glaukoma sebesar 0,945, 0,700, dan 0,972 pada dataset
Refuge.