Di akhir tahun 2019, virus SARS-Cov-2 atau lebih dikenal sebagai Covid-19 merebak ke seluruh
dunia menyebabkan perubahan pada segala aspek termasuk ekonomi dan industri. Penyakit yang mudah
menular ini memaksa masyarakat untuk menjaga jarak dan kontak fisik antar satu dengan yang lainnya.
Hal ini menyebabkan peningkatan pada biaya produksi, penundaan produksi dan distribusi, penurunan
suplai yang didukung oleh peraturan baru pemerintah terkait kondisi pandemi saat ini, dan penundaan
pembayaran kontrak akibat menurunnya daya beli dan permintaan. Hal ini juga menurunkan
pemanfaatan pekerja dan aset perusahaan. Selama pandemi, walaupun daya beli menurun, masyarakat
cenderung membeli beberapa barang yang dianggap sebagai kebutuhan dan penting meliputi nasi,
rokok, daging ayam, telur ayam, ikan sarden, daging sapi, dan mie instan.
Walaupun rokok adalah objek kedua yang paling banyak dibeli selama pandemi, PT Hanjaya
Mandala Sampoerna sebagai pemimpin pasar di industri tembakau Indonesia, mengalami penurunan
dalam pendapatan dan kenaikan hutang. Dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama,
PT Wismilak Inti Timur dan PT Indonesian Tobacco berhasil menaikan pendapatan dan menaikan hutan
selama pandemi, sedangkan PT Gudang Garam juga mengalami penurunan pendapatan namun mereka
berhasil menurunkan hutang. Kenaikan hutang tidak selalu menjadi hal yang buruk karena biaya yang
lebih kecil dibandingkan biaya modal. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan
performa finansial PT Hanjaya Mandala Sampoerna sebagai pemimpin pasar yang menjadi satu-satunya
perusahaan yang menaikan hutan dan mengalami penurunan pendapatan selama pandemi. Penelitian
ini dapat memberikan informasi mengenai posisi PT Hanjaya Mandala Sampoerna di industri dan
pengembangan apa yang dapat dilakukan. Penelitian ini juga menunjukan apakah PT Hanjaya Mandala
Sampoerna menuju kebangkrutan selama pandemi ini akibat menurunnya pendapatan dan
meningkatnya hutang.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Altman Z-Score dan Analisis Rasio
Finansial yang meliputi rasio keuntungan, rasio likuiditas, rasio hutang, dan rasio kegiatan. Altman ZScore
digunakan untuk melakukan analisis kesulitan keuangan untuk memprediksi keadaan
kebangkrutan suatu perusahaan. Sedangkan rasio finansial memberikan informasi tentang performa
finansial suatu perusahaan dan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain di industri yang sama.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi setiap perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna, PT Gudang Garam, PT
Indonesian Tobacco, dan PT Wismilak Inti Timur.
Dari analisis yang telah dilakukan, PT Hanjaya Mandala Sampoerna tetap menjadi pemimpin di
industri berdasarkan performa finansial. Walaupun perusahaan ini mengalami peningkatan hutang dan
penurunan pemasukan selama pandemi, Berdasarkan perhitungan Altman Z-Score, PT Hanjaya
Mandala Sampoerna masih berada di posisi aman namun kian menurun setiap tahunnya. Hal ini
menandakan beberapa perkembangan dapat dilakukan PT Hanjaya Mandala Sampoerna untuk menjaga
stabilitas finansial. Mereka dapat melakukan penelitian tentang cara perusahaan lainnya menaikan
pendapatan selama pandemi, mempercepat waktu mengumpulkan piutang, dan melakukan penelitian
tentang turunnya harga pasar walaupun memiliki performa finansial yang baik dibandingkan
perusahaan lain di industri yang sama.