digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di akhir tahun 2019, virus SARS-Cov-2 atau lebih dikenal sebagai Covid-19 merebak ke seluruh dunia menyebabkan perubahan pada segala aspek termasuk ekonomi dan industri. Penyakit yang mudah menular ini memaksa masyarakat untuk menjaga jarak dan kontak fisik antar satu dengan yang lainnya. Hal ini menyebabkan peningkatan pada biaya produksi, penundaan produksi dan distribusi, penurunan suplai yang didukung oleh peraturan baru pemerintah terkait kondisi pandemi saat ini, dan penundaan pembayaran kontrak akibat menurunnya daya beli dan permintaan. Hal ini juga menurunkan pemanfaatan pekerja dan aset perusahaan. Selama pandemi, walaupun daya beli menurun, masyarakat cenderung membeli beberapa barang yang dianggap sebagai kebutuhan dan penting meliputi nasi, rokok, daging ayam, telur ayam, ikan sarden, daging sapi, dan mie instan. Walaupun rokok adalah objek kedua yang paling banyak dibeli selama pandemi, PT Hanjaya Mandala Sampoerna sebagai pemimpin pasar di industri tembakau Indonesia, mengalami penurunan dalam pendapatan dan kenaikan hutang. Dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama, PT Wismilak Inti Timur dan PT Indonesian Tobacco berhasil menaikan pendapatan dan menaikan hutan selama pandemi, sedangkan PT Gudang Garam juga mengalami penurunan pendapatan namun mereka berhasil menurunkan hutang. Kenaikan hutang tidak selalu menjadi hal yang buruk karena biaya yang lebih kecil dibandingkan biaya modal. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan performa finansial PT Hanjaya Mandala Sampoerna sebagai pemimpin pasar yang menjadi satu-satunya perusahaan yang menaikan hutan dan mengalami penurunan pendapatan selama pandemi. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai posisi PT Hanjaya Mandala Sampoerna di industri dan pengembangan apa yang dapat dilakukan. Penelitian ini juga menunjukan apakah PT Hanjaya Mandala Sampoerna menuju kebangkrutan selama pandemi ini akibat menurunnya pendapatan dan meningkatnya hutang. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Altman Z-Score dan Analisis Rasio Finansial yang meliputi rasio keuntungan, rasio likuiditas, rasio hutang, dan rasio kegiatan. Altman ZScore digunakan untuk melakukan analisis kesulitan keuangan untuk memprediksi keadaan kebangkrutan suatu perusahaan. Sedangkan rasio finansial memberikan informasi tentang performa finansial suatu perusahaan dan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi setiap perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna, PT Gudang Garam, PT Indonesian Tobacco, dan PT Wismilak Inti Timur. Dari analisis yang telah dilakukan, PT Hanjaya Mandala Sampoerna tetap menjadi pemimpin di industri berdasarkan performa finansial. Walaupun perusahaan ini mengalami peningkatan hutang dan penurunan pemasukan selama pandemi, Berdasarkan perhitungan Altman Z-Score, PT Hanjaya Mandala Sampoerna masih berada di posisi aman namun kian menurun setiap tahunnya. Hal ini menandakan beberapa perkembangan dapat dilakukan PT Hanjaya Mandala Sampoerna untuk menjaga stabilitas finansial. Mereka dapat melakukan penelitian tentang cara perusahaan lainnya menaikan pendapatan selama pandemi, mempercepat waktu mengumpulkan piutang, dan melakukan penelitian tentang turunnya harga pasar walaupun memiliki performa finansial yang baik dibandingkan perusahaan lain di industri yang sama.