ABSTRAK Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti COVER Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Widowati Titis Paratri
PUBLIC Alice Diniarti
Pesatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini, memacu berbagai
ahli teknik sipil untuk terus berinovasi dalam menciptakan bangunan yang aman,
nyaman dan berestetika. Dewasa ini banyak ahli teknik sipil mulai merencanakan
bangunan dengan memperkecil dimensi elemen strukturnya yaitu dengan
menggunakan material berkekuatan tinggi (high strength materials; fc > 70 MPa
untuk beton, dan fy > 420 MPa untuk besi tulangan), tentunya tidak mengabaikan
aturan-aturan yang berlaku dalam mendesain bangunan.
Dalam merencanakan penggunaan material berkekuatan tinggi dan dimensi
elemen struktur yang diperkecil, dibutuhkan analisis lanjutan seperti Pushover
Analysis dan/atau Non-Linear Time History Analysis (NLTHA). Analisis tersebut
membutuhkan suatu model struktur yang dapat menangkap keadaan kerusakan
utama pada elemen struktur selama response seismic yang disebut model histeresis.
Model histeresis tersebut digunakan untuk memperkirakan penyimpangan akibat
beban pada elemen struktur yang nantinya menghasilkan suatu gambar kurva yang
disebut backbone curve. Backbone curve ini merupakan gambar kurva yang
menghubungkan titik – titik pada nilai – nilai tertinggi (extreme value) di setiap
hasil gerakan siklik atau gerakan bolak balik pada respon seismik.
Pemodelan backbone curve ini dapat dilakukan dengan cara empiris yang
mana sudah diatur dalam peraturan ASCE 41-13. Pada ASCE 41-13, data-data
parameter yang digunakan merupakan kumpulan data statistik hasil pengujianpengujian
kolom terdahulu. Dimana model-model kolom yang digunakan memiliki
material berkekuatan normal (normal strength materials / NSM).
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan studi mengenai pemodelan
backbone curve yang dimodelkan secara empiris (ASCE 41-13) apakah masih
applicable untuk high strength material’s column atau tidak, dengan judul “Studi
Pemodelan Backbone Curve Untuk Kolom Beton Bertulang”. Selanjutnya, hasil
iv
analisis dari pemodelan empiris ini juga akan dibandingkan dengan pemodelan
backbone curve secara rasional yaitu dengan menggunakan analisis penampang
(sectional analysis) sebagai validasi dari analisis secara empiris.
Hasil pengumpulan data berdasarkan ruang lingkup penelitian, didapatkan
jumlah spesimen sebanyak 95 spesimen dari 19 authors. Dimana untuk kolom High
Strength Material (HSM) sebanyak 41 spesimen, yang diantaranya 11 spesimen
dengan kegagalan lentur, 2 spesimen dengan kegagalan lentur-geser, dan
28 spesimen dengan kegagalan geser. Selain itu untuk kolom Normal Strength
Material (NSM) sebanyak 54 spesimen, yang diantaranya 37 spesimen dengan
kegagalan lentur, 8 spesimen dengan kegagalan lentur-geser, dan 9 spesimen
dengan kegagalan geser.
Berdasarkan hasil analisis-analisis yang dilakukan pada penelitian ini di
dapatkan hasil bahwa pemodelan backbone curves secara empiris (ASCE 41-13)
kurang representatif dalam shear failure baik itu pada kolom HSM maupun kolom
NSM. Kemudian pada pemodelan backbone curve secara rasional (berdasarkan
analisis penampang) lebih representatif dengan data base baik itu untuk kolom
HSM maupun kolom NSM, dibandingkan dengan pemodelan backbone curve
secara empiris. Selain itu dalam pemodelan backbone curves secara empiris
memerlukan interpolasi dibeberapa kondisi, sehingga akurasi perameter yang
digunakan masih kurang representatif bila dibandingkan dengan pemodelan
backbone curves secara rasional.
Selain itu dilakukan pula analisis terhadap pengaruh perbandingan Hoops
Ratio (Ash
ex/ Ash ACI) pada kondisi drift ratio di 80% Pmax. Dimana hasil yang
didapatkan adalah spesimen dengan hoops ratio yang kecil tidak selalu memiliki
drift ratio yang besar, begitu pula sebaliknya. Penggunaan hoops ratio yang
ditentukan oleh ACI 318-14 pada kolom NSM disemua kondisi kegagalan sudah
cukup konservatif karena spesimen yang berada dikuadran IV sangat sedikit.
Sementara itu pada kolom HSM sudah konservatif di kondisi kegagalan lentur dan
lentur-geser, namun berbeda hasil untuk spesimen kegagalan geser walaupun
beberapa sudah memenuhi hoops ratio yang ditentukan oleh ACI 318-14 akan
tetapi deformabilitasnya masih dibawah 3%.