Transisi sistem penambangan dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah
memerlukan persiapan antisipasi semua dampak yang timbul, antara lain adanya
upsidence. Upsidence ini terjadi pada permukaan di dasar lembah yang terdapat
penambangan batubara bawah tanah dengan metode longwall.
Studi upsidence pada penelitian ini dilakukan dengan melihat karakteristik batuan
di Kalimantan Selatan, membangun model analitis, model fisik, dan model sintetis
seismik. Karakteristik batuan yang didapat antara lain kekuatan batuan dan
elastisitas batuan. Karateristik batuan di Kalimantan Selatan ini dilakukan
komparasi terhadap lokasi lain. Nilai modulus elastistisitas sandstone di
Kalimantan Selatan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lokasi di Australia.
Model analitis dilakukan dengan pendekatan buckling. Model upsidence berbasis
metode analitis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lebar lembah, tebal
kritis, nilai stres horisontal, dan nilai modulus Young.
Model fisik dilakukan dengan pendekatan konsep base friction. Hasil model fisik
menunjukkan korelasi dengan persamaan Hoek dan Brown. Hasil model fisik juga
menunjukkan upsidence dipengaruhi oleh kemiringan lereng sebesar 800 dengan
tebal lapisan di dasar lembah di bawah 3 cm dan ketinggian lereng maksimum 10
cm.
Model sintetik seismik antar lubang bor dilakukan dengan seismik refleksi dan
tomografi. Lapisan tipis di dasar lembah yang merupakan salah komponen
terjadinya upsidence dapat terdeteksi lebih baik menggunakan seismik refleksi
antar dua buah lubang bor.