BAB 1 Rofikul Umam
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Rofikul Umam
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Rofikul Umam
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Rofikul Umam
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Rofikul Umam
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Rofikul Umam
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Kelongsoran pada lereng dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti longsoran
bidang, longsoran baji, longsoran guling, dan longsoran busur. Jenis-jenis
longsoran tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti struktur geologi dan
karakteristik material penyusun lereng tersebut. Pada longsoran guling, aspek
utama yang sangat berpengaruh adalah banyaknya kekar yang terdapat pada lapisan
batuan penyusun lereng. Kekar pada longsoran guling dapat berupa kekar arah
vertikal dan kekar arah horizontal. Oleh karena itu keberadaan dan pengaruh arah
kekar tersebut perlu dianalisis. Salah satu metode untuk menganalisis kestabilan
lereng dimana memasukkan parameter variasi kekar yaitu menggunakan
pemodelan fisik yang diuji dengan alat sentrifugal.
Model fisik lereng pada uji sentrifugal dibuat dengan menyusul blok-blok lereng
yang memiliki variasi dimensi yang disusun secara vertikal dan horizontal dengan
sudut lereng 56,40
dan 71,60
kemudian diberi percepatan sentrifugal 0,16 g sampai
dengan 1,03 g selama 30 detik. Percepatan sentrifugal dimaksudkan representasi
dari percepatan gravitasi di alam yang terjadi pada lereng di lapangan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa percepatan kritis pada kekar vertikal lebih
kecil daripada percepatan kritis pada kekar horizontal, dan jumlah persentase
longsoran pada kekar vertikal lebih besar daripada jumlah persentase longsoran
pada kekar horizontal dengan demikian maka kekar vertikal lebih berpengaruh
terhadap longsoran dari pada kekar horizontal. Selain itu, sudut lereng 71,60
juga
lebih berpengaruh terhadap longsoran daripada sudut 56,40
dan semakin banyak
kekar maka lereng akan semakin muda longsor.