digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1999_TS_PP_MUDRA_1.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

Abstrak: Latar belakang pemilihan topik penelitian ini diawali dengan ketertarikan penulis terhadap realitas keadaan yang ada di tempat pemasaran gerabah di Bali. Penulis berpendapat bahwa hal ini sangat perlu mendapat perhatian bagi kriyawan gerabah setempat dan instansi terkait yang bertanggungjawab terhadap pembinaan dan peningkatan kualitas )(Ilya gerabah di Bali. Penulis mengamati kondisi pemasaran gerabah di Bali beberapa tahun belakangan ini, secara umum menunjukkan gejala peningkatan, bail( kualitas maupun kuantitas. Peningkatan tersebut bisa dilihat dari jumiah pedagang dan keragaman (variety) rupa yang dipasarkan. Namun peningkatan ini tidak diikuti oleh kriya gerabah Bali. Gerabah Bali terkesan berjalan di tempat, produk yang terlihat di pasar tidak banyak mengalami perubahan, penampilan rupanya masih bersifat konvensional. Sehingga tidak mampu bersaing dengan jenis gerabah dari luar Bali, terutama dengan gerabah Lombok dan gerabah Yogyakarta, balk secara kualitas naupun kuantitas. Kedua jenis gerabah ini tampil dengan inovasi-inovasi bentuk, warna, dan finishing sebagai upaya memenangkan pasar. Disamping itu pada survey pendahuluan, beberapa pedagang gerabah yang penulis sempat hubungi menyatakan gerabah Lombok lebih diminati wisatawan asing dibandingkan dengan gerabah lainnya termasuk gerabah Bali. Hasil survey lanjutan menunjukkan 68,3% (41 pedagang) dari 60 pedagang gerabah di Bali menyatakan gerabah Lombok lebih diminati wisatawan asing dibandingkan gerabah Bali dan hanya 11,7% (7 pedagang) yang menyatakan sebaliknya. Disamping itu gerabah Lombok dijual pada 91% (55 toko), gerabah Bali 35% (21 toko), gerabah Yogyakarta 41% (25 toko) dan gerabah Banten 6% (4 toko) dari 60 toko gerabah yang ada di Bali (Tabel 31 dan 30, hal.179). Dari data dasar ini muncul berbagai pertanyaan kenapa gerabah Lombok (ebih diminati oleh wisatawan asing dibandingkan dengan gerabah Bali atau gerabah lainnya, dan kenapa pedagang gerabah Bali secara kuantitas lebih sedikit mengisi pasar dibandingkan dengan gerabah lainnya terutama dengan gerabah Lombok dan Yogyakarta, dan lain-lain. Untuk memperoleh jawaban pertanyaan yang pertama, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Penelitian terhadap konsumen/pembeli gerabah (wisatawan asing), b. Penelitian terhadap perbandingan kualitas desain (rupa) masing-masing kriya gerabah tersebut. Namun jawaban yang kedua ini bukan jaminan kenapa gerabah Lombok lebih diminati dibandingkan gerabah lainnya. Karena seseorang tertarik terhadap suatu produk sangat ditentukan oleh banyak faktor. Tetapi yang perlu diingat dalam dunia pemasaran adalah perbedaan kualitas diyakini berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa. Untuk memecahkan persoalan di atas dan sesuai dengan disiplin ilmu, penulis mengambil jalan kedua yaitu meneliti perbandingan kualitas desain (rupa) masing-masing kriya gerabah yang dipasarkan di Bali. Dengan mengetahui perbandingan kualitas desain kriya gerabah tersebut akan dapat diambil simpulan apakah kualitas papa gerabah Lombok memang lebih balk dibandingkan dengan yang lainnya atau sebaliknya. Jika memang kualitas desain gerabah Lombok terbukti lebih bail( dari yang lainnya berarti ada korelasi antara kualitas dan minat konsumen yaitu makin balk kualitas rupa kriya tersebut akan lebih diminati oleh konsumen, demikian juga sebaliknya. Jika tidak terbukti berarti ada faktor lain yang menyebabkan gerabah Lombok lebih diminati oleh wisatawan asing (promosi, harga, selera, dll).