BAB 1 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Anggi Riqqa Khalishah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Pohon Tongke Hutan (Acacia mangium) didatangkan dari Australia bagian timur laut,
Papua Nugini, dan Kepulauan Maluku kawasan timur Indonesia untuk ditanam di Hutan
Tanaman Industri (HTI) sebagai bahan baku pulp dan kertas. A. mangium memiliki
kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan yang terdegradasi, bereproduksi
dengan cepat, dan penyebaran biji yang jauh sehingga mendukung tumbuhan ini untuk
mengkolonisasi area baru yang terbuka. Pada saat ini A. mangium dikelompokkan sebagai
spesies asing invasif. Hutan Tanaman Industri di Daerah Kuansing berdekatan dengan
Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling sehingga
keberadaan A. mangium di kawasan ini harus dikontrol agar tidak menyebar hingga
kawasan konservasi yang dapat mengancam keanekaragaman spesies lokal. Karakteristik
populasi merupakan informasi penting untuk membantu pengendalian populasi A.
mangium, oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan struktur
populasinya di tiga lokasi dengan tipe tutupan lahan yang berbeda, yaitu lahan terbuka;
perkebunan A. mangium; dan hutan alami sebagai reference area. Penelitian dilakukan
pada bulan Agustus-Desember 2020. Metode kuadrat bertingkat (nested plot) diletakkan
secara acak untuk menggambarkan struktur populasi tumbuhan ini. Individu A. mangium
pada tahapan hidup pohon (DBH?20cm) dicatat dalam plot berukuran 20x20m2
(12 plot),
sedangkan subplot 10x10m2 (12 plot) untuk mencatat individu dalam tahapan hidup tiang;
subplot 5x5m2 (24 plot) untuk individu pancang; subplot 2x2m2 (48 plot) untuk individu
semai, dan 0,5x0,5m2 (12 plot) untuk menghitung biji. A. mangium dalam bentuk hidup
pohon tidak ditemukan di hutan alam, sedangkan di lahan terbuka ditemukan dengan
kerapatan lebih tinggi (96 individu/ha) dibanding perkebunan (50 individu/ha). Kerapatan
individu pada tahapan hidup tiang paling banyak ditemukan di perkebunan (1300
individu/ha) daripada lahan terbuka (383 individu/ha). Tahapan hidup pancang lebih
tinggi di lahan terbuka yaitu 11,200 individu/ha, sedangkan perkebunan sebanyak 100
individu/ha. Semai A. mangium lebih banyak ditemukan di perkebunan (18,750
individu/ha) daripada lahan terbuka (15,000 individu/ha). Kerapatan biji diambil dari
tanah dengan kedalaman hingga 20 cm, diketahui bahwa biji A. mangium yang lebih
banyak ditemukan di lahan terbuka sebanyak 1621 biji/m2
, sementara di perkebunan
sebanyak 1092 biji/m2
. Berdasarkan struktur populasinya, disertai dengan kemampuan
dormansi biji yang lama dan kesintasan biji yang tinggi, populasi A. mangium di kawasan
ini masih akan berkembang dengan sangat pesat sehingga memiliki potensi keinvasifan
tinggi. Hutan alam yang kondisinya masih bagus serta keberadaan sungai sebagai
pembatas hutan dan perkebunan diperkirakan sebagai faktor pembatas penyebaran A.
mangium ke area ini. Oleh karenanya, kondisi hutan alam harus dijaga dan rehabilitasi
lahan terbuka harus dilakukan untuk mengurangi invasi dari tumbuhan ini.