ABSTRAK Hamdani
PUBLIC Alice Diniarti COVER Hamdani
PUBLIC Alice Diniarti
BAB 1 Hamdani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Hamdani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Hamdani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Hamdani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Hamdani
PUBLIC Alice Diniarti
3D bangunan fungsional sangat berkembang pesat pada era modern ini
karena memiliki berbagai macam keunggulan. Selain bangunan fungsional,
pemodelan 3D dapat juga diterapkan pada bangunan heritage, tetapi jarang
diaplikasikan di Indonesia. Selain belum menjadi prioritas pembangunan di Indonesia,
pemodelan 3D bangunan heritage sulit dilaksanakan karena memiliki tingkat
kedetailan tinggi dan bervariasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan menggunakan alat yang memiliki kerapatan yang memadai pada saat akuisisi
data. Terrestrial Laser Scanner (TLS) dan Handheld Laser Scanner (HLS) merupakan
alat yang dapat digunakan dalam mengakuisisi data point clouds untuk pemodelan 3D.
Namun, perbedaan kerapatan antar kedua alat tersebut menimbulkan pertanyaan
mengenai kualitas hasil point clouds dan model yang terbentuk. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian untuk menganalisis hasil registrasi data point clouds TLS dan
HLS, serta model 3D yang dapat disajikan dari kedua data tersebut. Penelitian
dilakukan pada Pura Penataran Desa Penglipuran, Bali. Akuisisi data point cloud
dilakukan menggunakan alat TLS dan HLS, serta wawancara dengan Ketua Adat
setempat untuk mendapatkan data informasi mengenai objek yang ingin dimodelkan.
Registrasi data TLS menggunakan algoritma Iterative Closed Point (ICP)
menghasilkan nilai Root Mean Square Error (RMSE) 0.0316 mm, sedangkan
registrasi data HLS menggunakan metode transformasi Helmert dan Affine
menghasilkan RMSE masing-masing sebesar 0.1686 m dan 0.0050 m. Model 3D yang
dapat dibentuk berdasarkan data point clouds dari TLS dan HLS bervariasi. Namun,
data point clouds dari TLS yang dapat dibentuk memiliki nilai rata-rata Level of Detail
(LOD) 3, sedangkan data point clouds dari HLS memiliki nilai Level of Detail 4.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, registrasi data point clouds HLS terhadap TLS
metode Affine memiliki kualitas akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode
Helmert. Selain itu, data point clouds hasil pindaian HLS dapat menyajikan model 3D
yang lebih detail dibandingkan dengan TLS dan dapat menampilkan informasi yang
lebih dalam hingga memiliki nilai Level of Detail 4 dan Level of Development 350,
sedangkan pada TLS hanya dapat menyajikan model 3D hingga Level of Detail 3 dan
Level of Development 300.