digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan sedimen yang sangat prospektif sebagai target eksplorasi hidrokarbon dan sudah terbukti secara sistem petroleum. Akan tetapi, banyak sumur eksplorasi pada area ini yang mengalami masalah-masalah teknis dalam pengeboran, seperti guguran serpih, rangkaian pipa terjepit, loss circulation dan kick. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tekanan pori sumur-sumur eksplorasi pada area Tinggian Musi, Benakat Gulley dan Banteng yang berada pada Cekungan Sumatera Selatan serta mendapatkan prediksi tekanan pori sumur eksplorasi N-1. Studi ini diharapkan mengurangi permasalahan pengeboran yang terdapat pada sumur acuan yang berada di sekitar sumur eksplorasi N-1 dan membantu untuk merancang skema pengeboran yang aman sehingga meningkatkan keberhasilan pengeboran. Prediksi tekanan pori pada studi ini menggunakan lima data sumur yaitu sumur S-1, GL-1, A-1, RBD-1 dan BTG-1 serta kecepatan interval seismik 2D. Metode Eaton digunakan untuk menganalisis tekanan pori baik di sumur maupun pemodelan dengan seismik 2D. Prediksi tekanan pori pada sumur N-1 ditentukan berdasarkan nilai tegangan efektif dari data kecepatan interval seismik. Hasil analisis tekanan pori dari masing-masing sumur menunjukkan pada sumur RBD-1 yang berada pada area Benakat Gulley dan BTG-1 yang berada pada area Banteng terdapat tekanan luap. Sumur RBD-1 mengalami kenaikan tekanan pori pada kedalaman 4500 kaki dengan nilai maksimum tekanan luap sebesar 13.9 ppg. Sumur BTG-1 mengalami kenaikan tekanan pori pada kedalaman 6000 kaki dengan nilai maksimum tekanan luap sebesar 13.2 ppg. Di sisi lain, sumur S-1, GL-1 dan A-1 yang berada pada area Tinggian Musi masuk dalam kategori mild overpressure dengan nilai maksimum tekanan luap pada ketiga sumur ini sebesar 9.3-10 ppg. Berdasarkan analisis tekanan pori sumuran dan pemodelan tekanan pori 2D, kedalaman kenaikan tekanan pori terjadi pada Formasi Telisa. Mekanisme tekanan luap pada area ini umumnya diakibatkan oleh mekanisme pembebanan. Mekanisme ini merupakan akibat proses sedimentasi yang tidak diikuti oleh keluarnya air dalam pori batuan sehingga batuan mengalami gagal kompak dan tegangan efektifnya konstan. Akan tetapi pada sumur BTG-1 di area Banteng terdapat kemungkinan terjadinya mekanisme non-pembebanan. Hasil studi ini adalah karakteristik tekanan pori, mekanisme pembentukan tekanan luap dan analogi pemodelan tekanan pori pada struktur Tinggian Musi yang akan digunakan untuk merancang skema pengeboran pada sumur eksplorasi N-1. Tekanan pori pada sumur eksplorasi N-1 diprediksi mengalami kenaikan pada kedalaman 3100 kaki dan prediksi tekanan luap terbesar adalah 9.6 ppg (mild-overpressure) pada base Telisa.