Saat ini proses pengeringan batu bara secara umum masih menggunakan metode pengeringan rotary dryer, di mana dalam proses pengeringannya dapat menimbulkan risiko terbentuknya debu batu bara dan terjadi proses kontak langsung antara udara pengering dengan debu batu bara tersebut sehingga dapat berisiko memicu terjadinya ledakan. Tantangan dalam pengeringan batu bara ini dapat dijawab melalui metode pengeringan menggunakan screw conveyor dryer (SCD). SCD memiliki keunggulan meminimalisir terbentuknya debu batu bara akibat tumbukan di dalam chamber pengering dan meminimalisir kontak antara batu bara dan oksigen di dalam chamber. Penelitian dari Waje et.al (2007) mengenai SCD horizontal masih memiliki hambatan pada kapasitas pengeringan yang kecil sehingga sulit untuk diterapkan pada skala lebih besar untuk pengeringan batu bara. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi konfigurasi SCD menjadi miring (inclined) dengan sudut 20o. Hasil analisis dan simulasi pemodelan matematis menunjukkan bahwa derajat kepenuhan (degree of fullness) meningkat hingga 83,07% dengan kapasitas pengeringan 660,26 kg/jam pada putaran poros 5 rpm. Nilai SMER (Specific Moisture Extraction Ratio) pada SCD inclined menunjukkan nilai sebesar 1,61 kg uap air/kWh dan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) sebesar 72,26 W/m2.K. Kebutuhan panjang pemanas dan pengering masing-masing sebesar 8,2 meter dan 85,4 meter dengan lama waktu pengeringan 212,60 menit untuk mengeringkan produk batu bara dari kadar air 45% hingga mencapai 13,3% basis basah. Adapun besarnya kebutuhan daya penggerak total yakni sebesar 167,53 W. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perubahan konfigurasi SCD horizontal menjadi miring (inclined) dapat meningkatkan kapasitas pengeringan dan dapat dijadikan referensi untuk penerapan SCD dalam skala besar pada pengeringan batu bara di bidang industri pertambangan.