digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Gigih Prasetya Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Gigih Prasetya Putra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Gigih Prasetya Putra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Gigih Prasetya Putra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Gigih Prasetya Putra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Gigih Prasetya Putra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Gigih Prasetya Putra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Hujan merupakan fenomena alam yang sangat mempengaruhi produktivitas tambang batubara dengan sistem penambangan terbuka. Selain itu hujan merupakan faktor yang penting untuk di pertimbangkan dalam pendesainan tambang. Metode perhitungan curah hujan wilayah yang digunakan dalam proses pendesainan spesifik untuk masing-masing daerah tambang. Karakterisasi hujan akan mempermudah proses analisis faktor hujan untuk kepentingan desain di daerah tambang. PT KPC site Sangatta memiliki luas daerah 48.466 Ha dan memiliki 15 stasiun hujan serta 2 stasiun cuaca, sehingga menarik untuk dilakukan analisis karakteristik hujannya. Dalam menganalisis karakteristik hujan digunakan metode klasterisasi K-Means, peta isohiet tahunan, windrose diagram bulanan, klasifikasi bulan basah bulan kering, dan nilai kemerataan hujan. Berdasarkan perhitungan K-Means clustering wilayah PT KPC site Sangatta memiliki 4 klaster. Dalam menentukan metode curah hujan wilayah yang sesuai di PT KPC site Sangatta dilakukan perbandingan tidak langsung. Beberapa skenario dengan perbedaan ketersediaan data secara spasial diciptakan untuk mengevaluasi variabilitasnya. Indeks GORE dan BALANCE digunakan untuk membandingkan nilai estimasi curah hujan wilayah dari beberapa skenario tersebut. Pada klaster 1 di buat dua skenario dan di klaster 2 dan 3 dibuat tiga skenario. Dari hasil analisis karakteristik hujan, terdapat 4 klaster stasiun hujan. Urutan klaster yang memiliki curah hujan terbesar ke yang terkecil adalah 2, 1, 3, dan 4. Arah angin permukaan didominasi berasal dari arah kuarter North-West (NW). Nilai kemerataan hujan di dalam klaster yang sama lebih tinggi dibandingkan antar klaster. Dari hasil pengujian indeks GORE pada klaster 1 metode Isohiet mengestimasi curah hujan lebih baik dibandingkan metode poligon thiessen dan pada klaster 2 dan 3 metode poligon Thiessen mengestimasi curah hujan lebih baik dibandingkan metode isohiet. Hasil dari pengujian indeks BALANCE pada klaster 1 metode isohiet menghasilkan nilai yang overestimasi, pada klaster 2 metode poligon thiessen menghasilkan nilai yang tepat, dan pada klaster 3 metode poligon thiessen menghasilkan nilai yang underestimasi. Dari penelitian ini dihasilkan kesimpulan yaitu 1) Curah hujan di tambang terbuka batubara (studi kasus di PT KPC site Sangatta) memiliki karakteristik spasial yaitu urutan curah hujan rata-rata dari yang terbesar ke yang terkecil berturut-turut adalah klaster 2, klaster 1, klaster 3 dan klaster 4, klaster 3 dan 4 lebih kering daripada klaster 1 dan 2, angin permukaan yang berhembus dari arah NW membuat hujan lebih besar di klaster 1 dan 2 kemudian karena terdapat tinggian di klaster 2 maka hujan di klaster 3 dan 4 cenderung lebih kecil, nilai kemerataan hujan di dalam klaster yang sama lebih besar dibandingkan nilai kemerataan untuk kesuluruhan klaster; 2) Metode perhitungan curah hujan wilayah yang sesuai dengan karakteristik hujan serta jumlah dan persebaran stasiun hujan di tambang terbuka batubara (studi kasus di PT KPC site Sangatta) adalah metode isohyet untuk klaster 1 serta metode poligon Thiessen untuk klaster 2 dan 3.