digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada jenis radar pulsa konvensional terdapat masalah yang saling terkait antara durasi pulsa dengan jarak deteksinya. Pulsa pendek menghasilkan resolusi jarak yang lebih tinggi tetapi tidak menghasilkan energy pulsa yang cukup untuk mendeteksi jarak yang lebih jauh. Selain jarak deteksi yang lebih terbatas juga pulsa sangat mudah diinterterferensi oleh derau dan jammer. Karena durasi pulsa terkait dengan lebarpita pulsa maka dengan metode kompresi pulsa dengan linear frequency modulation (LFM) dapat dibuat pulsa dengan lebarpita yang lebih lebar tanpa ketergantungan pada durasinya. Sehingga dapat dibuat radar dengan resolusi jarak yang tinggi dengan durasi pulsa yang panjang. Dengan menggunakan radar dengan kompresi pulsa LFM selain menghasilkan resolusi jarak yang tinggi, metode ini juga dapat meningkatkan ketahanan sinyal radar terhadap derau dan interferensi lainnya. Hal ini berkat high processing gain yang diperoleh dari proses matched filter. Proses matched filter akan meredam derau dan sinyal interferensi yang memiliki karakteristik yang berbeda dari sinyal referensi atau replika. Dengan ketahanan terhadap derau yang tinggi, maka sistem radar ini juga memenuhi persyaratan radar pertahanan yang anti jamming dan mampu beroperasi secara low probability intercept (LPI). Sehingga lawan kesulitan untuk melakukan tindakan jamming atau mendeteksi sinyal radar. Akan tetapi radar dengan kompresi pulsa LFM sederhana akan sangat mudah dijamming jika sinyal dapat ditiru oleh pihak lawan menggunakan digital radio frequency memory (DRFM). Sehingga diperlukan metode agar pulsa radar memiliki bentuk gelombang yang tidak mudah diintersepsi dengan DRFM. Hal ini dapat dilakukan dengan mengeksploitasi kelemahan teknis pada sisi DRFM. Selain itu radar kompresi pulsa LFM juga terdapat masalah pergeseran Doppler yang dapat menyebabkan estimasi posisi target yang dihasilkan matched filter menjadi bergeser. Besarnya pergeseran estimasi posisi ini disebabkan faktor frekuensi carrier, kecepatan target dan durasi pulsa. Sehingga hal ini menjadi batasan dalam mendesain bentuk gelombang pulsa radar LFM. Semakin tinggi frekuensi carrier dan semakin panjang durasi pulsa, maka pergeseran estimasi target akan semakin besar. Sehingga untuk itu juga perlu dilakukan ii pengembangan metode modulasi LFM untuk mengatasi masalah pergeseran estimasi posisi ini. Metode pulsetrain yang diteliti meningkatkan kompleksitas bentuk gelombang untuk mencegah intersepsi sinyal dan jamming dengan teknik copy and retransmit. Sehingga meningkatkan ketahanan sistem radar terhadap sinyal jamming dengan LFM sederhana yang memiliki karakteristik durasi dan lebarpita yang sama dengan sinyal radar. Metode ini juga dapat mengatasi pergeseran estimasi target pada radar. Pulsetrain sederhana terdiri dari 2 subpulsa dengan modulasi yang koheren. Untuk kasus target jarak dekat digunakan pulsa LFM pulsetrain dengan 2 subpulsa koheren yang berdurasi total 80 µdetik. Penggunaan durasi pendek selain untuk meminimalkan jarak blind zone juga dapat mengkoreksi pergeseran estimasi target. Sedangkan untuk klasifikasi target jarak jauh digunakan pulsa LFM pulsetrain dengan 2, 4 dan 8 subpulsa koheren yang berdurasi total 400 µdetik. Penggunaan pulsetrain dengan 4 dan subpulsa menghasilkan koreksi terhadap pergeseran estimasi posisi target masing-masing sebesar 44,54 % dan 58,01 % dari pergeseran estimasi posisi dengan 2 subpulsa. Untuk lebarpita pulsa LFM 200 MHz pada penelitian ini secara simulasi menghasilkan nilai (1,527 ± 0,056) m dan faktor kompresi masing – masing sebesar 39,03 dB dan 46,02 dB untuk durasi pulsa 80 µdetik dan 400 µdetik.