Fenomena iklim antartahunan cukup berpengaruh terhadap kondisi laut Indonesia
khususnya pada Perairan Timur Indonesia. Sebagai jalur Arus Lintas Indonesia
(Arlindo) perairan ini tentunya akan terpengaruh oleh fenomena El-Niño Southern
Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) tidak terkecuali dengan
kandungan panas laut dan massa airnya. Penelitian kali ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh fenomena iklim terhadap kandungan panas laut dan massa air
di lokasi kajian. Data suhu dan salinitas yang berasal dari model reanalysis HYbrid
Coordinate Ocean Model (HYCOM) digunakan dalam penelitian ini. Analisis
Cross Wavelet Transform (XWT) dan Coherence Wavelet Transform (CWT)
digunakan untuk menganalisis hubungan kandungan panas massa air, sementara
analisis Empirical Orthogonal Function (EOF) digunakan untuk menganalisis
hubungan kandungan panas laut dengan fenomena ENSO dan IOD.
Kandungan panas massa air di Selat Makassar, Laut Banda, dan Laut Timor
didominasi oleh West North Pacific Central Water (51,23%), Banda Intermediate
Water (32,36%), dan Indonesian Upper Water (31,80%). Berdasarkan analisis
XWT dan CWT, ketika fenomena El-Niño atau IOD Positif (La-Niña atau IOD
Negatif) terjadi maka akan menurunkan (menaikan) kandungan panas massa air
yang berada pada lapisan permukaan dan lapisan dasar, sementara kandungan panas
massa air yang sama tetapi pada lokasi kajian yang berbeda pada lapisan termoklin
dan intermediate memiliki respon yang berbeda-beda terhadap ENSO dan IOD.
Berdasarkan hasil analisis EOF, fenomena ENSO (IOD) berperan sebesar 75,5%
(9,52%); 91,99%; dan 88,66% dengan keterlambatan 2 (8), 1, dan 1 bulan pada
lapisan permukaan (0 – 80 m), termoklin (80 – 400 m), dan dasar (400 – 5000 m)
terhadap anomali variansi kandungan panas laut di Perairan Timur Indonesia.