digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 1 Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 2 Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 3 Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 4 Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 5 Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

PUSTAKA Fauzan Lazuardi Ramadhan
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Fenomena iklim antartahunan cukup berpengaruh terhadap kondisi laut Indonesia khususnya pada Perairan Timur Indonesia. Sebagai jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) perairan ini tentunya akan terpengaruh oleh fenomena El-Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) tidak terkecuali dengan kandungan panas laut dan massa airnya. Penelitian kali ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh fenomena iklim terhadap kandungan panas laut dan massa air di lokasi kajian. Data suhu dan salinitas yang berasal dari model reanalysis HYbrid Coordinate Ocean Model (HYCOM) digunakan dalam penelitian ini. Analisis Cross Wavelet Transform (XWT) dan Coherence Wavelet Transform (CWT) digunakan untuk menganalisis hubungan kandungan panas massa air, sementara analisis Empirical Orthogonal Function (EOF) digunakan untuk menganalisis hubungan kandungan panas laut dengan fenomena ENSO dan IOD. Kandungan panas massa air di Selat Makassar, Laut Banda, dan Laut Timor didominasi oleh West North Pacific Central Water (51,23%), Banda Intermediate Water (32,36%), dan Indonesian Upper Water (31,80%). Berdasarkan analisis XWT dan CWT, ketika fenomena El-Niño atau IOD Positif (La-Niña atau IOD Negatif) terjadi maka akan menurunkan (menaikan) kandungan panas massa air yang berada pada lapisan permukaan dan lapisan dasar, sementara kandungan panas massa air yang sama tetapi pada lokasi kajian yang berbeda pada lapisan termoklin dan intermediate memiliki respon yang berbeda-beda terhadap ENSO dan IOD. Berdasarkan hasil analisis EOF, fenomena ENSO (IOD) berperan sebesar 75,5% (9,52%); 91,99%; dan 88,66% dengan keterlambatan 2 (8), 1, dan 1 bulan pada lapisan permukaan (0 – 80 m), termoklin (80 – 400 m), dan dasar (400 – 5000 m) terhadap anomali variansi kandungan panas laut di Perairan Timur Indonesia.