COVER Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Hana Izdihar Nafisyahrin
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Ketidakcocokan antara hasil penentuan konstanta Hubble H0 menggunakan tangga
jarak yang bersifat lokal dan analisis anisotropi CMB pada redshift tinggi dengan
asumsi model CDM (pendekatan kosmologis) menimbulkan pertanyaan terkait validitas
model CDM pada redshift rendah. Hasil terbaru yang diperoleh oleh Riess
dkk., (2019) meningkatkan ketidakcocokan dengan metode global yang dikerjakan
oleh Planck Collaboration (2018) menjadi 4.4. Untuk meringankan ketidakcocokan,
solusi yang diajukan antara lain memperkecil galat pengukuran, menggunakan
metode independen (gelombang gravitasi dan efek Sunyaev-Zeldovich), dan modi-
kasi sika redshift tinggi atau rendah seperti interaksi antara dark matter dan dark
energy maupun penambahan spesies neutrino.
Dalam Tugas Akhir ini akan ditentukan nilai H0 melalui metode inverse dis-
tance ladder seperti yang sebelumnya dikerjakan oleh Lemos dkk., (2019) dengan
menggunakan pendekatan Bayesian. Metode ini serupa dengan tangga jarak, namun
kalibrator yang digunakan berasal dari fenomena pada redshift tinggi berupa
radius horizon suara rd yang diperoleh WMAP dan Planck Collaboration (2018).
Penggunaan kalibrator ini mengimplikasikan berlakunya model CDM pada red-
shift tinggi. Meskipun demikian, Tugas Akhir ini menerapkan model parameterisasi
yang mengkuantisasi evolusi parameter Hubble H(z) pada redshift rendah, sehingga
bentuk H(z) secara langsung dikonstrain oleh data pengamatan dan memungkinkan
penyimpangan dari model CDM. Data yang digunakan berupa data jarak diameter
sudut dan jarak Hubble dari observasi baryon acoustic oscillations (BAO) dan
magnitudo semu terkoreksi supernova Ia Patheon. Tugas Akhir ini mendapatkan
hasil yang lebih cenderung bersesuaian dengan model CDM. H0 yang diperoleh
dari model epsilon dan log berturut { turut lebih tinggi 2.45 dan 2.43 dari hasil
penentuan Planck Collaboration (2018) dan lebih rendah 2.94 dan 2.87 dibandingkan
hasil yang didapatkan Riess dkk., (2019) untuk prior rd Planck sedangkan
untuk prior rd WMAP Tugas Akhir ini mendapatkan nilai H0 untu model epsilon
dan log yang berturut-turut lebih tinggi 1.47 dan 1.41 dibandingkan Planck
Collaboration (2018) dan lebih rendah 3.11 dan 3.15 dibandingkan hasil yang
didapatkan Riess dkk., (2019). Tugas Akhir ini juga menguji konsistensi nilai rd
hasil analisis CMB dibanding penentuan dengan menggunakan konstrain parameter
densitas baryon
bh2 dan prediksi BBN. Didapatkan bahwa rd Planck Collaboration
(2018) berada dalam rentang 1.35 dan 1.91 dari best t rd BBN, bergantung pada
batasan prior
bh2 yang digunakan.