digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Farhan Muhammad D
PUBLIC Alice Diniarti

Aktivitas penambangan bahan tambang secara umum dilakukan terdiri dari penggalian dan penimbunan. Penggalian tanah penutup dilakukan untuk mengekspos bijih atau batubara. Pada saat kegiatan penggalian tersebut, kontak antara mineral sulfida, air dari berbagai sumber, dan udara akan membentuk Air Asam Tambang (AAT) atau disebut juga sebagai Acid Mine Drainage. Air asam tambang adalah air lindian, rembesan, atau drainase yang memiliki pH rendah dan mengandung konsentrasi logam berat sehingga berpotensi mengganggu kesetimbangan ekosistem lingkungan hidup di sekitar daerah pertambangan. Salah satu cara untuk melakukan prediksi terhadap potensi pembentukan air asam tambang adalah dengan melakukan karakterisasi pembentukan AAT dari sampel batuan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis komposisi mineralogi dan unsur batuan, berbagai parameter uji statik dan kinetik, dan kualitas air lindian untuk kemudian melakukan karakterisasi pembentukan AAT dari sampel batuan. Uji mineralogi dan Uji unsur dilakukan untuk mengonfirmasi mineral dan unsur dalam batuan yang berpotensi membentuk asam. Uji statik yang dilakukan adalah Acid Base Accounting (ABA) yang terdiri Acid Neutralizing Capacity (ANC) dan Total Sulphur (TS) serta uji statik lainnya yaitu uji Net Acid Generation (NAG) dan uji paste pH. Uji kinetik dilakukan dengan metode free draining column leach test. Selain itu diperlukan uji kualitas air hasil lindian untuk dibandingkan dengan baku mutu yang tertera pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.113 Tahun 2003. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk melakukan karakterisasi pembentukan AAT dengan membagi batuan menjadi 3 kategori, yaitu PAF, NAF, dan UC. Selain itu, hasil pengujian juga digunakan untuk menentukan jumlah bahan penetral AAT yang dibutuhkan untuk mengatasi AAT yang terbentuk. Dari hasil pengujian, satu sampel batuan merupakan batuan yang berpotensi membentuk asam (PAF) dengan sampel air lindian yang memiliki kandungan logam berat melebihi baku mutu dan pH asam yang mampu melarutkan lebih banyak logam berbahaya tersebut sehingga mempunyai dampak negatif pada lingkungan. Kemudian dua sampel batuan merupakan batuan yang tidak berpotensi membentuk asam (NAF), dan satu sampel batuan memerlukan pengujian lebih lanjut (UC). Diperlukan usaha untuk meminimalisasi dampak dari AAT, salah satunya adalah dengan menggunakan hydrated lime untuk menetralkan sulphuric acid yang terdapat pada AAT.