Ampas kunyit sebagai limbah dari proses pembuatan jus kunyit dan produk
berbahan dasar kunyit segar lain hingga kini belum banyak dimanfaatkan dengan
baik. Berdasarkan hasil analisis, ampas kunyit yang telah dikeringkan masih
mengandung senyawa-senyawa larut etanol dalam jumlah yang tinggi termasuk
kurkuminoid di dalamnya. Desain faktorial sebagian pada proses ekstraksi kunyit
menggunakan 6 faktor menunjukkan bahwa kadar etanol dan perbedaan jenis
bahan (rimpang dan ampasnya) adalah faktor yang signifikan mempengaruhi
kadar kurkuminoid ekstrak, sedangkan bagian rimpang (empu dan anakan), rasio
kunyit-pelarut, suhu ekstraksi, dan lama ekstraksi tidak menunjukkan efek
signifikan terhadap peningkatan kadar kurkuminoid dalam ekstrak. Proses
ekstraksi cair-cair dilakukan terhadap ekstrak kunyit dan ampas kunyit setelah
masing-masing melalui tahap ekstraksi menggunakan etanol 90% dengan rasio
jumlah bahan baku-pelarut 1:10 (b/v) pada suhu ruang selama 1 jam, kemudian
dievaporasi. Ekstraksi cair-cair pertama dilakukan menggunakan n-heksana
hingga diperoleh fase organik, fase air, dan endapan berwarna jingga. Fase air
dibagi dua, sebagian diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan sebagian
lagi menggunakan diklorometana, sedangkan endapan jingga disaring. Seluruh
fraksi etil asetat dan fraksi diklorometana dievaporasi, kemudian masing-masing
konsentrat dan endapan jingga dikeringkan menggunakan oven suhu 60 °C selama
24 jam. Kadar kurkuminoid dari seluruh sampel dianalisis menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil analisis desain faktorial
menunjukkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi kadar kurkuminoid
pada proses ekstraksi cair-cair adalah perbedaan jenis bahan (rimpang dan
ampasnya) sedangkan perbedaan pelarut (etil asetat dan diklorometana) tidak
menunjukkan efek signifikan terhadap kadar kurkuminoid di dalam ekstrak. Kadar
kurkuminoid tertinggi bukan terdapat pada fraksi diklorometana maupun etil
asetat, melainkan pada endapan jingga yang diperoleh setelah ekstraksi cair-cair
menggunakan n-heksana. Berikut adalah rata-rata kadar kurkuminoid dalam
sampel diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah: endapan jingga ekstrak
ampas kunyit (EEAK; 95,08%), endapan jingga ekstrak rimpang kunyit (EERK;
70,37%), fraksi diklorometana dari ampas kunyit (FDAK; 49,21%), fraksi etil
asetat dari ampas kunyit (FEAK; 48,79%), fraksi diklorometana dari rimpang
kunyit (FDRK; 42,76%), fraksi etil asetat dari rimpang kunyit (FERK; 40,34%),
ekstrak etanol ampas kunyit (EAK; 38,30%), dan ekstrak etanol rimpang kunyit
(ERK; 29,59%). Studi ini menunjukkan bahwa ampas dari proses pembuatan jus
kunyit dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kurkuminoid dengan kadar tinggi.