digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Genki Imam Prayogo
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2016 TA PP GENKI IMAM PRAYOGO BAB 1.pdf?
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2016 TA PP GENKI IMAM PRAYOGO BAB 2.pdf)u
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2016 TA PP GENKI IMAM PRAYOGO BAB 3.pdf)u
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2016 TA PP GENKI IMAM PRAYOGO BAB 4.pdf)u
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2016 TA PP GENKI IMAM PRAYOGO BAB 5.pdf)u
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Genki Imam Prayogo
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Ablasi frekuensi radio merupakan sebuah prosedur perusakan jaringan abnormal melalui pemberian energi termal yang dihasilkan menggunakan tegangan bolak balik berfrekuensi 300kHz-500kHz. Pada prosedur ablasi, volume kerusakan pada jaringan dipengaruhi oleh distribusi temperatur dalam jaringan dan durasi ablasi sehingga untuk mencegah kerusakan pada jaringan normal disekitarnya diperlukan suatu metode pengukuran untuk mengetahui atau memperkirakan temperatur disekitar titik ablasi. Informasi temperatur tersebut diperlukan untuk umpan balik guna menentukan kapan ablasi harus dihentikan. Dalam penelitian ini dirancang prototipe sistem pengukuran berbasis sensor temperatur nonkontak sebagai tahapan awal dari pengembangan umpan balik temperatur pada sistem ablasi radiofrekuensi menggunakan elektrode forceps bipolar standar. Sistem pengukuran dirancang untuk mengukur temperatur pada permukaan jaringan yang diablasi. Penempatan sensor pada prototipe ini didasari oleh distribusi temperatur di permukaan jaringan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan pada sistem elektrode standar. Temperatur dalam jaringan kemudian diestimasi melalui model empirik dalam bentuk fungsi transfer diskrit yang menggunakan informasi temperatur permukaan jaringan. Daya ablasi dan jarak antaelektrode divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya pada parameter model. Hasil perhitungan temperatur dalam jaringan dari model kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran termokopel. Penambahan sensor temperatur nonkontak dapat memberikan informasi perubahan temperatur pada permukaan jaringan. Dari informasi tersebut, didapatkan estimasi perubahan temperatur pada dalam jaringan sekitar 57,80°C – 100,13°C. Peningkatan daya ablasi meningkatkan nilai gain pada model. Estimasi yang didapat dari model orde tiga paling konsisten dengan hasil pengukuran pembanding dengan nilai uji kecocokan berbasis normalized root mean square error di bawah 20%.