
COVER Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4-5 Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 7 Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR Rahmat Aditya E
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Jakarta menghadapi ancaman kehilangan wilayah akibat masuknya air laut ke darat.
Pengambilan air tanah secara besar-besaran menyebabkan penurunan tanah
menjadi sangat cepat. Hal ini diperparah dengan adanya peningkatan beban pada
muka tanah akibat pembangunan yang masif. Akibat penurunan tanah ini, beberapa
wilayah Jakarta telah berada di bawah permukaan laut. Dalam beberapa kasus air
pasang, beberapa wilayah Jakarta tergenang hingga kedalaman 1 m. Perlu ada solusi
jangka panjang agar jumlah air tanah yang diambil dapat berkurang dan penurunan
tanah tidak terjadi terlalu cepat. Pemerintah Indonesia bersama dengan Belanda
membentuk suatu konsep masterplan National Capital Integrated Coastal
Development dalam hal pengembangan wilayah pesisir Jakarta, pembangunan
tanggul pelindung, dan penyediaan waduk air tawar untuk menggantikan
penggunaan air tanah.
Tanggul pelindung di Jakarta dirancang agar aman dalam menerima kondisi
hidrodinamika di sekitarnya. Untuk wilayah Jakarta sendiri, kondisi yang harus
diperhatikan adalah pasang-surut, tinggi gelombang dan kenaikan muka air laut
akibat pemanasan global. Berdasarkan ketentuan tersebut, dibutuhkan tanggul
setinggi 13,83 m yang dilengkapi wave-return wall dengan elevasi puncak armour
dari LLWL sebesar +3,65 untuk metode overtopping dan +5,43 untuk metode runup.
Berdasarkan analisis data tanah, diketahui bahwa lapisan tanah atas yang
mendominasi area Teluk Jakarta merupakan tanah lempung sangat lunak (very soft
iv
clay) dengan undrained shear strength 7,55 kPa. Tanah ini memiliki void ratio
yang cukup besar dan dalam kondisi normally consolidated. Penurunan konsolidasi
tanah ini akibat berat sendiri dan beban lalu lintas menyebabkan turunnya elevasi
puncak dari LLWL sebesar 2,95 m dan memperbesar kemungkinan terjadinya
overtopping dengan debit besar. Maka dari itu, diperlukan perkuatan tanah agar
penurunan tanah tidak terlalu besar.
Metode perkuatan tanah yang digunakan adalah stone-column, dengan tinggi 8 m,
diameter 1 m, dan jarak dari as ke as sebesar 2 m. Dengan metode ini, penurunan
tanah yang terjadi adalah sebesar 1,1 m. Penurunan tanah sebesar ini menyebabkan
elevasi jalan di bawah elevasi muka air laut maksimum, sehingga diperlukan
peninggian elevasi jalan sebesar 1,5 m. Oleh karena itu, tinggi tanggul mengalami
perubahan menjadi 15,5 m.
Perkuatan stone-column juga menaikkan daya dukung tanah dan membuatnya
mampu menerima tegangan akibat timbunan yang tidak lebih dari 2 m pada tiap
tahap. Jumlah tahapan penimbunan adalah 8 tahap, dengan timbunan terakhir
setinggi 1,5 m. Tahapan demikian juga memberikan keamanan terhadap longsor
lereng tanggul dengan safety factor melebihi nilai 1.