Sapituduhira” merupakan judul tema dari karya ini yang penulis sadur dari tembang Jawa yang berarti nasihat atau petunjuk. Istilah tersebut terdapat dalam tembang Pocung yang dalam masyarakat Jawa merupakan tembang atau puisi yang biasanya digunakan untuk menyampaikan nasehat serta berisi berbagai ajaran manusia supaya mampu membawa diri untuk mengarungi kehidupan dengan harmonis lahir maupun batin. Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan. Sebelum semuanya terjadi di dunia, Tuhan sudah terlebih dahulu ada. Kawula lan Gusti, merupakan istilah Jawa yang menjadi inti dalam pandangan dan juga pedoman hidup bagi orang Jawa. Pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir itulah manusia menyerahkan diri secara total selaku kawula (hamba) terhadap Gusti nya (Sang Pencipta). Ajaran-ajaran yang disampaikan melalui benda-benda (artefak) seni tradisional dan melalui sistem diakronik atau lisan secara turun-temurun selalu menyimpan esensi pandangan tersebut. Salah satu diantaranya adalah wejangan atau petuah tentang hal baik atau buruk yang seringnya diturun-temurunkan melalui keluarga. Wejangan-wejangan tersebut juga dialami oleh penulis selama hidupnya melalui cerita mitos yang diturunkan dalam keluarga. Beberapa wejangan tersebut ada yang terkenang dalam ingatan penulis yaitu mitos mengenai binatang. Pengalaman mengenai mitos binatang baik yang dialami langsung oleh penulis atau sekedar cerita yang diingiat akhirnya menginspirasi penulis untuk berkarya. Penulis ingin memvisualisasikan wejangan dalam mitos-mitos populer Jawa khususnya mitos mengenai binatang, melalui karya seni
4
kontemporer yang dibuat menggunakan teknik grafis cukil kayu – sebuah metode tradisional dan konvensional, dengan komposisi warna yang mengacu pada populer culture sebagai respon penulis sebagai masyarakat modern terhadap budaya wejangan tersebut.