digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan akan pasokan energi yang semakin besar pula. Hal ini menjadi kendala karena sumber energi yang selama ini dipergunakan untuk kebutuhan hidup manusia, yaitusumberenergifosil yang mulaiberkurang. Selain kelangkaan sumber energi, masalah selanjutnya yang dihadapi adalahtentang teknologi ramah lingkungan sehingga pengembanganteknologienergiterbarukantidak hanya menjawab mengenai permasalahan sumber energi namun juga tentang kelestarian lingkungan.Oleh karena itumaka dikembangkan sistem hibrid energi terbarukan yang menggunakan baterai sebagai media penyimpanan energi. Dalam riset tentang baterai masih didapatkan beberapa tantangan teknis yang cukup signifikan untuk diperhatikan diantaranya adalah bagaimana peningkatan temperatur didalam baterai dan hubungannya dengan proses penyimpanan dan penyaluran daya dari baterai ke beban. Dalam penelitian ini telahdilakukan proses pemantauanterhadapvariabellistrik pada baterai LiFePO4Prismatik 14 Ah. Variabel yang dipantauantara lain aruslistrik, tegangan, energi dan hambatandalamuntukdianalisispengaruhnyaterhadapvariabeltemperatur pada baterai. Juga telahdilakukananalisishubunganpeningkatantemperaturdenganefisiensipenggunaanenergi. Proses iniberhasilmendapatkan nilai elektrotermalatau panas yang timbulakibatadanyavariabellistrik pada baterai. Elektrotermal pada sel baterai didapatkan nilai yang paling tinggi yaitu 19,5 KJ dan pada modul didapatkan nilai 25,04 KJ, sedangkanlajupenambahanelektrotermalbervariasidari 2,5 J/s sampai 22,5 J/s pada seltunggal dan 20 J/s sampai 180 J/s pada modulbaterai. Dilakukan juga pemantauan terhadap proses pelepasan energi baterai baik sel maupun modul. Pemantauan tersebut dilakukan terhadap variabel tegangan, arus, kapasitas baterai, waktu dan temperatur sehingga didapatkan bahwa ?T baterai= 20 0C ketika dikosongkandenganlajupengosongan 2,1 C dan mengalami perubahan paling sedikit 30C saat 0,7 C. Sedangkan pada saat 1,4 C, temperatur naik sekitar 120C. Pada modul baterai, temperatur naik sekitar 60C saat modul baterai dikosongkandenganlaju 0,7 C, 15 0C saat 1,4 C dan sekitar 200C ketika 2,1 C. Pembelajaran mesin dapat digunakan untuk mengestimasi peningkatan temperatur pada baterai didasarkan pada perubahan tegangan dan arus listrik. Hal ini dilakukan agar bisa ditentukan berapa nilai arus listrik maksimal yang bisa dialirkan ke baterai sehingga kondisi termal bateraipun dapat terjaga. Ketikamengestimasinilaitemperaturmenggunakan RVP pada selbateraitunggaldidapatkanakurasisebesar 91,2 % dan RMSE 1,107 0C sedangkanuntukmoduldidapatkannilai 82,37% dan RMSE 1,18 0C sedangkanketikadigunakan RF didapatkannilaiakurasisebesar 97,28% dan RMSE 0,625 0C untukseltunggal dan 98% serta RMSE 0,30C pada modulbaterai.